Sahutan juteknya ternyata tidak mempan, sehingga Lala terpaksa menahan kesabaran. Laki-laki itu ternyata sangat menjengkelkan!
“Emang kamu seleb, ya?”
Reino yang berjalan di belakang justru mulai menghujaninya dengan berbagai pertanyaan dengan antusias.
Lala menyahut singkat. “Bukan.”
“Selebgram?”
“Bukan juga.”
Lala buru-buru mempercepat langkahnya menuju lapangan, kemudian mengeluarkan peralatan tempurnya akan digunakan untuk memulai membuat konten, termasuk seluruh skincare yang dia bawa. Gadis itu duduk bersila sambil memilih-milih produk mana yang akan dia rekam terlebih dahulu. Mencoba pura-pura lupa kalau Reino masih berada di sana.
“Gue harus bisa konsen. Jadi, anggap aja dia hantu,” gumamnya pelan. Kemudian, gadis itu melepas masker dan menyimpannya dalam saku. Dia bercermin sebentar, untuk memastikan kalau riasan wajahnya tidak luntur.
Hanya dari radius tiga meter, laki-laki memperhatikan dirinya sambil menyeringai.
Tidak lama kemudian, Lala membuka buku catatan. Dia berusaha menghapal kalimat pembuka hingga review yang akan dia katakan, demi menghindari kesalahan. Sementara Reino kembali berulah dengan cara mengganggu fokusnya. Pertanyaan kembali diajukan pada Lala.
“Kalau bukan artis, kamu pasti....”
“Maaf ya, gue sibuk sekarang!” potong Lala dengan tatapan tajam.