Jika melihat dari sisi positifnya, sebenarnya tawaran Reino tersebut merupakan satu hal yang seharusnya Lala syukuri. Meski secara ego dan harga diri, dia ingin menolaknya.
Bayangkan, ada seorang youtuber yang sudah memiliki seratus subscriber dengan salah satu videonya mencapai angka satu juta viewers, sudah dia juteki pula, tetapi masih berbaik hati ingin mempromosikan chanelnya. Bukankah ini rezeki nomplok yang tidak boleh Lala sia-siakan? Jujur saja, sedang terjadi pergolakan batin dalam dirinya. Antara menolak atau menerima.
Lala menggigit bibir sambil mempertimbangkan keuntungan apa saja yang akan dia dapatkan. Dirinya bahkan tidak perlu repot mengemis-ngemis atau mengeluarkan biaya untuk endorsment. Meski sebenarnya dia bisa saja meminta tolong pada Vania, tetapi Lala tidak mau melakukan hal itu. Lala bahkan tidak ingin temannya itu tahu bahwa dia kini mengikuti jejaknya.
Tapi, tunggu dulu!
Tiba-tiba, dia teringat akan sesuatu yang cukup mengganggunya. Lala menatap Reino, kemudian mengajukan pertanyaan tentang apa yang sedang dia pikirkan dengan sorot meminta jawaban secepatnya.
“Tapi... ini gratis, kan?”
Bukannya menjawab, tawa Reino justru meledak!
“Hahahaha! Hahahaha! Hahahaha!”
Lala bisa merasakan kalau laki-laki itu sedang mengejeknya, yang sudah terang-terangan memperlihatkan dirinya adalah seorang pencinta gratisan.
“Jadi ini gimana? Serius kagak?” tanyanya sedikit kesal. Meski gengsi juga, tetapi Lala memang ingin mengetahui apakan tawaran Reino tadi murni dengan keikhlasan hati, atau harus dibayar. Dia ingin chanelnya lekas terkenal kemudian dimonetisasi, kemudian mulai mengumpulkan dollar agar bisa glowing seperti Vania!
Reino akhirnya berhenti tertawa, begitu mendengar Lala berdecak kesal. “Sorry, sorry. Gue terbawa suasana lucu aja. Ngomong-ngomong subscriber lu udah ada berapa?”
Reino mengajukan pertanyaan yang membuat Lala merasa terancam dipermalukan. Apalagi tadi dirinya sudah bersikap cukup sombong seolah-olah dirinya kreator profesional. Ternyata begitu mengetahui sosok yang tengah bicara dengannya ini siapa, kesombongannya sedikit demi sedikit turun pangkat.
“Kenapa sih nanyain subscriber gue terus? Kesannya lu maksa banget!”
Reino menatapnya heran, sambil berkacak pinggang.
“Lu gimana sih? Mau dipromosiin tapi main rahasia-rahasiaan. Gimana cara gue promosinya kalau begini? Jelas-jelas gue juga harus bikin barisan kalimat iklan biar subscriber on the way ke chanel lu. Aneh deh....”
Penjelasaan Reino ada benarnya juga. Jika tidak memperkenalkan, mana mungkin dirinya bisa terkenal? Lala akhirnya menjawab malu-malu.
“Gue tuh baru bikin chanel. Baru mau upload video pertama. Jadi, you know lah. Masih ala kadarnya. Belum sebanyak lu sih subscribernya.”
Reino mengangguk-angguk tanda mengerti dan terlihat sedikit bijak, membuat Lala merasa lega.
“Ya udah nggak apa-ap, semuanya emang berproses kalau mau sukses. Sini kasih tau gue, nama chanel lu apaan?”
Lala menyebutkan nama chanelnya bersamaan dengan Reino yang mengeluarkan ponselnya. Tidak lama kemudian, tawa laki-laki itu kembali pecah.
“Ya ampun hahahaha!”