“Siapa yang udah nyiapin ini semua?”
Reino malam itu sudah duduk di sebuah taman, dengan puluhan lilin putih yang menyala. Terdapat pula meja persegi yang dilapisi taplak putih dengan aneka sajian mewah, serta satu kursi yang ada di hadapannya. Melihat kursi tersebut masih kosong, dirinya langsung bisa mengambil kesimpulan. Pasti ada seseorang yang masih belum datang, yang nantinya akan duduk di sana.
“Tapi, siapa ya?” tanyanya pada diri sendiri dengan bingung.
Reino memang tidak tahu siapa yang sudah mengundangnya untuk makan malam romantis di taman itu. Dia yang tidak kunjung mendapat jawaban mencoba mengalihkan pikiran, yang terus bertanya-tanya pada hidangan di atas meja. Mulai dari steak lada hitam, ayam panggang, rendang, hingga sajian pencuci mulut, semuanya terlihat menggugah selera. Membuat Reino menahan air liurnya sekuat tenaga.
Menghindari perutnya semakin berteriak, dirinya memilih untuk menengok ke belakang. Memperhatikan tanaman bunga melati dan kamboja yang menyebarkan aroma eksotis yang menenangkan. Kemudian, Reino mendongak. Terlihat langit malam begitu indah dihiasi bulan purnama dan taburan bintang.
Reino mencoba menikmati suasana. Meski belum mengetahui siapa yang sudah berbaik hati menyiapkan kejutan untuknya itu, dia tetap mengucapkan terima kasih.
“Sama-sama.”
Reino yang terkejut karena ucapannya tiba-tiba mendapat sahutan, langsung membalikkan wajah ke posisi semula. Dia terkaget-kaget untuk kesekian kalinya. Ternyata sekarang, dirinya sudah tidak sendirian! Ada seorang gadis bergaun merah yang sudah duduk di hadapannya!
Reino yang masih belum pulih dari keterkejutannya, tidak mampu berkata-kata. Matanya terfokus pada gadis itu, yang memiliki wajah cantik, hidung mancung, dan alis yang tebal. Bibirnya yang diulas lipstik semerah darah, tersenyum manis padanya. Membuat jantung Reino berdebar-debar, antara malu, bingung, tetapi senang juga. Rambutnya yang hitam dengan panjangnya mencapai batas ketiak, semakin mencuri perhatian. Dirinya begitu mengagumi pesona perempuan tersebut.
“Ka, kamu siapa?”
Reino akhirnya bisa bersuara, meski terbata-bata. Dia penasaran dengan sosok yang belum pernah dikenalnya itu. Apa mungkin dirinya memang punya pengagum rahasia secantik ini? Rasanya Reino ingin terbang jika itu kenyataannya. Bahkan sekarang, mukanya sudah mulai memerah karena senyum gadis itu begitu mempesona.
“Kita udah pernah ketemu kok, Aa,” jawabnya lembut.
Mendengar itu, Reino mengerutkan dahi. “Oh ya? Di mana ya? Maaf, aku lupa....”
Gadis itu sedikit mendesah, “Waktu Aa ke Bogor.”
“Bogor?”
“Iya... Masa Aa lupa sama Neng?”
“Neng?”
“Iya, kita ketemu malam-malam. Dan Neng langsung jatuh cinta pada pandangan pertama sama Aa.”
Reino mencoba mengingat-ingat, tetapi tetap lupa. Dia yakin sekali, di taman itu merupakan pertemuan mereka yang pertama.
“Aa lupa,” katanya.
“Kalau begini gimana, A? Masa Aa lupa sama Neng yang nangkring di pohon?”
“Hah? Nangkring di atas pohon?”
Mendadak sosok tersebut berubah penampilan! Membuat Reino terperangah dan seketika berdiri dari duduknya. Begitu kaget, sampai kursinya terbalik. Laki-laki itu bergerak mundur dengan ekspresi ketakutan. Dia mengucek mata dengan telapak tangan, tetapi sosok mengerikan itu tidak juga lenyap dari hadapannya!
Wajah cantik gadis itu menjadi buruk rupa, dengan sepasang mata yang memelotot dan seringai menyeramkan padanya. Bahkan gaun merahnya sudah berubah menjadi pakaian putih yang berlumuran noda darah dan tanah kuburan!
Reino semakin bergidik melihatnya, dengan jantung yang nyaris melompat. Dia bersiap untuk melarikan diri sejauh-jauhnya, karena ternyata gadis itu adalah jelmaan kuntilanak!
“Aa, jangan takut sama Neng,” godanya manja, sambil mencengkeram bahunya. Buru-buru Reino berusaha melepaskan diri dengan panik.