Pejuang Konten

Marlina Lin
Chapter #19

Pertolongan

Seperti di film action saja!

Baru saja berusaha menyelinap keluar, Reino langsung dikejutkan oleh perintah seseorang untuk mengejar dirinya!

“Tangkap dia! Kalau dia ada di dalam artinya dia diam-diam dengerin dan tahu rahasia kita! Kita habisin dia, jangan sampai keburu lapor polisi!”

Reino langsung mengerahkan tenaga untuk berlari sekencang-kencangnya. Dia mencoba kabur dari dua sosok berbaju hitam yang juga mempercepat larinya. Aksi kejar-kejaran pun terjadi. Berawal dari rumah tua, hingga ujung lokasi yang dia sendiri tidak ketahui. Keberuntungan sedikit berpihak pada dirinya, karena salah satu dari mereka terpeleset di jalanan yang becek!

Meski begitu, dirinya belum aman. Apalagi tidak banyak rumah yang berada di gang Rumah Kemenyan. Reino berusaha berteriak dalam malam yang gelap, sayang usahanya sia-sia. Rinai hujan yang kembali deras setelah sempat gerimis, ditambah waktu yang mendekati dini hari, membuat tidak ada seorang pun yang terlihat berlalu-lalang. Bahkan tiga rumah yang dia lewati, semua lampunya mati! Entah memang tidak berpenghuni, atau mereka sudah tidur semua. Padahal saat-saat seperti sekarang, Reino sangat membutuhkan pertolongan.

“Ya ampun! Kenapa nggak ada orang? Gue harus gimana?!” teriaknya frustrasi.

Napas Reino tersenggal-senggal. Dia terus berlari menuju jalan raya yang belum juga terlihat. Dia ingin lapor polisi, tetapi tidak menemukan benda itu dalam saku celana maupun jaketnya. Akhirnya Reino terus berlari, berharap bisa menemukan seseorang atau aparat kepolisian.

“Kenapa sih gue harus ngalamin kejadian kayak begini? Mana jalan raya jauh gini!”

Lokasi syutingnya memang berada di tempat yang jauh untuk tiba di jalan besar. Dia menyesal karena tidak kabur membawa motornya. Pada saat itu, dirinya teringat pada Lala yang dia tinggalkan.

Dalam hatinya berdoa semoga gadis itu baik-baik saja dalam persembunyiannya. Semoga Lala tidak berada dalam bahaya seperti dirinya. Reino juga teringat kalau ponselnya dia titipkan pada gadis itu.

“Sorry, La. Coba tadi gue ikutin saran lu biar tetap ngumpet aja,” sesalnya.

Ternyata dalam situasi mendebarkan dengan nyawa sebagai taruhannya, ketangkasannya naik berkali lipat. Reino bisa bergerak cepat dengan melihat orang-orang yang mengejarnya berada di kejauhan.

***

Selagi Reino dalam pengejaran, Lala mencoba menghubungi kantor polisi. Dia lega karena kabarnya anggota kepolisian akan segera datang untuk menyelamatkan. Tidak lupa juga dirinya menceritakan nasib Reino, yang kemungkinan tengah bertaruh nyawa mengingat orang berbaju hitam itu membawa pistol.

“Tolong selamatin kami, Pak,” mohonnya sambil terisak. Lala memang tidak kuasa menahan tangis karena baru pertama kalinya berurusan dengan pelaku kriminal, yang bisa berakibat fatal.

Selagi dirinya diminta untuk bersabar, akhirnya Lala mencoba memberanikan diri keluar dari persembunyian. Gadis itu menyalakan senter, kemudian berjalan hati-hati menuju salah satu kamar tempat kedua orang tadi menyembunyikan barang hasil curian mereka. Barang yang pasti mahal nilainya.

Setidaknya itulah yang dia duga. Jika tidak, mana mungkin mereka mau bersusah-susah mengejar Reino yang dianggap mengetahui rahasia. Mereka pasti ingin membungkam agar temannya itu tutup mulut.

Lihat selengkapnya