Seharusnya gue seneng lihat seragam putih abu-abu yang membalut tubuh gue. Itu tandanya gue sudah melewati masa orientasi yang cukup melelahkan dan sekarang sudah sah menjadi murid beneran di sekolah ini.
Tapi ada satu hal yang membuat mood gue ancur. Pagi tadi, sebelum upacara dimulai, teman lama gue yang beda sekolah, Gio, ngirim foto yang aduhai sekali.
Itu adalah foto pacar gue (Naura) yang lagi duduk di kantin dengan cowok lain. Kalau rame-rame sama temennya sih gak masalah. Ini cuma berdua, terus tuh cowok main rangkul lagi. Fix ini perselingkuhan!
Gue auto mutusin dia tanpa syarat. Sudah sering gue bilang, "Kita beda sekolah ... dan kamu harus jaga diri!"
Dia ngangguk, gue kira paham, eh ternyata Astagfirullahalazim. Bolotnya gak ketulungan, Cuy.
Beruntung Naura tidak sekolah di sini. Dia lebih memilih SMA unggulan yang dikepalai oleh Dady-nya sendiri. Seandainya Naura satu sekolah sama gue, sifat aslinya pasti gak bakal kebuka.
"Baik anak-anak," ujar Kepala Sekolah yang mendekatkan mulutnya ke microphone. Seketika lamunan gue tentang mantan langsung buyar. Ini hari pertama gue upacara di sini, jadi gue harus fokus.
"Ehem ...." Ibu Kepala Sekolah yang penampilannya eye-catching itu berdehem sembari membenahi posisi mic yang sepertinya agak bandel.
"Ok, jadi saya mau ucapkan selamat datang kepada siswa-siswi baru di SMA bahagia ini. Sesuai namanya, kalau kalian sudah menginjakkan kaki di sini wajib hukumnya untuk berbahagia! Tersenyum dan lupakanlah segala keluh kesah yang ada karena kalau kalian tak bahagia maka ilmu pelajaran akan susah untuk diajak kompromi ...."
Ceramah Bu Susan S.Pd., S.Mn., M.Si. berlangsung kurang lebih lima puluh menit. Sepertinya ini akan menjadi salah satu upacara paling indah dalam sejarah hidup gue. Kepsek yang jilbabnya ala-ala pejabat itu menjelaskan banyak hal, mulai dari tata tertib sekolah sampai perjalanan karirnya yang gemilang. Sesekali Bu Susan membetulkan posisi gelang emas yang berderet di pergelangan tangannya, sesekali juga ia menunjukkan kebolehannya dalam berbahasa Inggris, Arab, dan Jerman.
Selama itu juga gue berusaha untuk tetap terlihat bahagia walau sejujurnya itu sangat sulit, selain karena sinar matahari yang sangat hareudang, wajah mantan masih membayangi pikiran.