Naura adalah cinta pertama gue. Kami bertemu saat pembagian kelas sembilan. Gue satu kelas dengannya. Waktu pertama kali tau kalau gue satu kelas dengan dia, gue langsung jatuh cinta, apalagi saat melihat dia mengenalkan dirinya di depan kelas, dia terlihat sangat cantik dan anggun.
Gue masih ingat momen indah itu, saat gue memberanikan diri mengungkapkan perasaan gue dengan membacakan puisi yang diiringi dengan gitar. Naura memang sangat menyukai musikalisasi puisi. Itulah alasannya banyak cowok yang ditolak olehnya lantaran salah cara. Dia tipe cewek yang tidak suka main kedip-kedip mata, dia bilang itu menjijikkan.
Akhirnya kami pun jadian. Gue selalu membelikannya kue Pencari Uang Tenaga Uap (alias kue PUTU) seminggu sekali, dia tidak suka durian katanya baunya gak enak. Dia suka sosis bakar dan sate usus ayam, apa pun yang menjadi kesukaannya akan gue beliin. Semuanya atas dasar cinta.
Gue kira hubungan yang kami bina akan bertahan lama, sampai kakek nenek. Tapi takdir berkata lain. Sampai akhirnya membuat gue percaya jika cinta pertama memang dikhususkan buat main-main saja, tidak lebih.
Dan saat ini, ternyata dia hadir kembali di depan mata gue. Ya, saat technical meeting Lomba Cerdas Cermat Empat Pilar untuk bulan depan, gue melihat Naura yang tergabung dalam tim SMA Jenius, yang disebut-sebut sebagai sekolah saingan terberat sepanjang sejarah.
Sekolah mereka termasuk yang tak pernah absen dalam meraih juara perlombaan, entah itu juara utama atau juara harapan.
Yang lebih parahnya lagi, di sebelah Naura ada cowok yang gue tau sebagai selingkuhannya. Tampaknya dia mau pamer sama gue. Ah, dasar cewek kurangajar! Gue harus bisa juga dong.
"Sebentar ya adik-adik kita sedang ada kendala sound system," ujar seorang wanita berjilbab yang jadi panitia acara technical meeting kali ini.
Di sebelah gue ada Lizzy yang sudah tidak lagi mempermasalahkan apa yang gue lakukan sama dia minggu lalu.
"Lizzy, coba lo duduknya agak deketan sini sama gue!" ujar gue dengan suara pelan.