Sepulang dari technical meeting, kami bersepuluh memutuskan untuk tidak kembali ke sekolah. Walaupun sebenarnya bisa saja kami kembali ke sekolah, duduk di kelas lalu belajar dengan sisa waktu dua jam sebelum aktivitas belajar di sekolah berakhir.
Tapi sepertinya menerima ajakan Nicoll lebih menggiurkan ketimbang masuk kelas (apalagi pelajaran Bu Elli, guru terbengis nomor dua setelah Pak Aman, masuk kelas terlambat hanya akan menanggung malu dan berakhir dengan pengusiran, sudah pasti gue sama Kina bakal disuruh ke luar, ya ... jadi percuma 'kan?)
"Ke restoran, yuk!" ajak Nicoll.
Awalnya kami pura-pura keberatan dengan ajakan itu. Bukan pura-pura sih, memang sangat keberatan untuk kantong siswa yang tipis buat makan siang di restoran semewah itu.
"Udah tenang aja ..., gue yang traktir kok."
Oh ternyata Nicoll yang traktir, Alhamdulillah, rupanya dia lagi senang hari ini, marmutnya ulang tahun, syukurlah, semoga tuh marmut panjang umur dan bahagia.
Semua menerima ajakan Nicoll. Setelah menyanyikan lagu Happy Birthday to Marmut, kami memesan menu yang sama, Nicoll yang memilihkan menu, kalo gue mah terima aja lah ya ... yang penting makan gratis, kenyang dan bahagia.
Nicoll bilang, alasan dia melakukan semua ini semata-mata untuk membuat tim kami semakin solid, sesuai dengan penerapan sila ke-dua "Kemanusiaan yang adil dan beradab", tepatnya pada butir tiga dan empat yakni; mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia, saling tenggang rasa dan tepa selira. Gue terkesima dengan kalimat dan gaya bicaranya, mulai detik ini gue harus mengakui Nicoll sebagai ketua tim yang paling berwibawa.