Pejuang Nilai

Tama Neio
Chapter #19

Latihan Pencet Bel

Kami bersepuluh membuat Bagan perlombaan yang akan digelar dua minggu lagi. Jika SMA kami menang di penyisihan dan melaju ke babak semifinal, kami akan menghadapi lawan yang cukup berat, SMA Tunas Kelapa. Meski begitu, Aini bilang kemungkinan kami untuk menang berada pada peluang enam puluh persen.

Gue sih optimis kalau tim kami akan sampai ke babak final, melawan tim SMA Jenius Unggulan. Ini yang gue tunggu, melawan musuh bebuyutan SMA Bahagia yang dua tahun ini selalu berhasil merebut gelar juara di perlombaan ini.

Setelah melihat tim mereka saat technical meeting kemarin, Enida (senior terhoror) menangkap aura keangkuhan yang menyelimuti mereka. Mungkin semua itu karena sekolah mereka yang selalu jadi juara bertahan dalam perlombaan ini. Kemarin, mereka memang terlihat sangat percaya diri dan terlalu percaya diri. Gue jadi ingat petuah almarhum Kakek pas gue gak berenti minta uang buat jajan es krim, dia bilang, "Berlebihan itu bencana."

Dengan semangat dan penuh keyakinan, Enida mengatakan, ini adalah sebuah peluang, karena kesombongan bisa membawa pada mala petaka yang nyata.

Nicoll menambahkan, tahun kemarin tim LCC sekolah kami berhasil melaju ke babak final berhadapan dengan SMA Jenius Unggulan. 

"Skor tim kita tahun lalu cuma beda lima angka sama SMA Jenius! Nyesek kan? Ya gitulah, mungkin memang nasib mereka buat lanjut ke provinsi."

CEKLEK

Pintu ruang multimedia terbuka, itu adalah Bu Yanti.

"Ayo siap-siap! Kita latihan!"

Kedatangan Bu Yanti dinilai sangat tepat. Saat hari mulai siang dengan segala jenis kegabutan yang melanda, Bu Yanti berhasil memecah momen krik-krik di antara kami di ruangan multimedia ini.

Bu Yanti bilang bahwa dia optimis tahun ini kami bisa menang. Semangat gue kian terpacu untuk terus memperbaiki hapalan gue yang sebenarnya masih awut-awutan.

Lihat selengkapnya