Pejuang Nilai

Tama Neio
Chapter #22

Ulangan Mencekam

Saat jam istirahat selesai, gue sama Kina harus masuk kelas. Ada ulangan harian mata pelajaran fisika. Kami sudah izin dengan Bu Yanti dan anggota tim lain (yang sedang latihan di ruang multimedia).

Sumpah, ini berat banget, pikiran gue serasa bercabang-cabang. Harus membagi waktu antara dispensasi persiapan lomba dengan tetap harus ikut ulangan harian yang diadakan oleh guru (yang tidak mau menerima ulangan susulan seperti Bu Elli).

Pas gue dan Kina sampai di kelas, orang-orang banyak berkerumun di dalam. Ada apa ya?

"Putri, plis terima gue jadi cowo lo!" Revan (teman satu geng Nicoll yang baru saja dinobatkan sebagai ketua geng baru) menyodorkan setangkai mawar merah lengkap dengan coklat batangan.

Putri, cewek tercantik nomor dua di kelas setelah Kina sepertinya akan menjawab ya. Cewek berambut ikal itu terlihat menahan senyum malu-malu tapi mau.

Bener tebakan gue, Putri menerima Revan jadi pacarnya. Prosesi penembakan berakhir dengan happy ending. Suara riuh menggema dari berbagai penjuru, terutama dari teman-teman Revan yang sibuk minta pajak jadiannya hari ini, anehnya dalam perkumpulan cowok good looking itu tak terlihat batang hidung Nicoll. Di mana dia?

Tik tik tik

Rintik hujan menyapa genting, rintiknya kian membesar, kian nyaring, dan semakin riuh. Jarum-jarum hujan berlomba-lomba turun hendak mengguyur wajah bumi, bau tanah bercampur debu mengudara, menyeruduk hidung, sampai gue bersin-bersin dibuatnya.

Murid-murid dari kelas lain langsung berhamburan ke luar hendak kembali ke kelasnya masing-masing, sebagian rela menerobos hujan sampai bajunya sedikit basah.

Tentu saja semua murid di kelas gue (terutama Jerry) sangat riang dan gembira dengan kedatangan hujan. Hujan deras membawa sebuah harapan yang menyenangkan, peluang guru yang akan masuk jadi berkurang empat puluh persen. Tapi, perlu diingat lagi kalau ini adalah jam pelajaran Bu Elli, dia bukanlah guru yang mudah menyerah dengan keadaan, Bu Elli adalah guru dengan semangat mengajar empat lima.

"Kenapa ya baru ujan sekarang??? Kenapa gak dari pagi? Kan ada alasan buat bolos." Jerry berusaha menentang takdir, meski itu sia-sia tapi sepertinya ia merasa bahagia sudah berkeluh kesah. Setelah mengatakan itu, Jerry lanjut main kejar-kejaran dengan Berty (si bendahara kelas yang sudah geram dengan Jerry). Laki-laki lincah itu belum pernah sama sekali membayar uang kas sejak hari pertama masuk sekolah.

CEKLEK

Pintu kelas terbuka, suara grasak-grusuk terdengar. Kelas yang tadinya ricuh seketika berubah menjadi normal. Seorang laki-laki berpakaian dinas berjalan menuju meja guru. Itu adalah Pak Dawi.

"Kalian kalau sudah jamnya belajar gak usah main-main lagi ya!!!"

Tak ada yang menjawab, kelas semakin hening.

"Sampai mana pelajaran kita?"

Tentu saja semua bingung, termasuk gue. Kami memastikan kalau mata pelajaran setelah ini adalah fisika bukan Pendidikan Kewarganegaraan.

Lihat selengkapnya