Pejuang Nilai

Tama Neio
Chapter #25

Latihan

Lomba tinggal menghitung hari, tapi latihan hari ini seperti tak bergairah. Semua lesu, diam, tak heboh seperti kemarin-kemarin.

Gue gak mau tinggal diam. Gue bilang sama seluruh anggota tim untuk menghentikan proses latihan hari ini. Semua percuma kalau latihan terus dipaksakan.

Saat melihat Nicoll yang kelihatan ogah-ogahan memimpin tim ini, gue yang ambil alih agar semuanya berkumpul membentuk lingkaran di ruang multimedia ini.

Gue punya inisiatif untuk membuat sesi mengeluarkan seluruh keluh kesah yang tengah melanda.

"Ayo keluarin aja semua!" ujar gue di saat semua orang dalam ruangan diam.

"Gue juga punya masalah. Nilai fisika gue anjlok, gue dimarahin di depan banyak guru juga dimarahin habis-habisan oleh nyokap. Gue gak nyalahin siapa-siapa, yang salah gue ..., gue yang gak bisa bagi waktu antara pelajaran dan fokus kompetisi."

"Lo gak sendiri, Dan," timpal Kina dengan aura wajah yang meredup.

"Masalah gue juga sama," celetuk Aulia, member paling senyap akhirnya bersuara. Bahunya menurun, tatapannya sayu, tapi gue gak sanggup merhatiin mukanya lama-lama, takut diabetes.

"Terus gimana yang lain? Ayo dong jelasin semua kenapa tiba-tiba jadi lemes gini? Lomba dua hari lagi lho."

Tak ada suara, banyak pandangan yang menunduk. Thara yang ceria justru berubah murung, Enida yang horor berubah menjadi drama, Ardin dan Restin yang humoris berubah thriller, Aini yang drama berubah horor dengan mimik wajah yang makin beringas (seperti sedang merajuk) tapi tak tahu merajuk dengan siapa.

Terakhir, gue liat Nicoll. Dia ngeliat gue, dan gue lama juga ngeliatin dia. Maksud gue, dia peka dikit lah, sebagai ketua tim harus tegas nyelsain masalah anggota yang lagi galau tingkat dewa kayak gini.

"Ok ...," ujar Nicoll, "gue akui kalau gue lagi ada masalah sama geng gue ... juga sama Lizzy."

Lihat selengkapnya