"Babak selanjutnya adalah benar atau salah. Silahkan adik-adik mengambil bendera yang sudah disiapkan! Seperti biasa, bendera putih untuk jawaban benar dan bendera merah untuk jawaban salah. Apa sudah jelas?"
"Sudah, Mbak Cantik...."
"Ok, sekarang kita mulai untuk soal pertama ... dengarkan baik-baik! Setelah perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, MPR masih tetap memiliki kewenangan menetapkan garis-garis besar haluan negara ... benar atau salah? Tiga dua satu .... Angkat benderanya!"
Waw, luar biadab, semua peserta kompak mengangkat bendera merah.
"Bagaimana dewan juri?"
"Jawaban yang tepat adalah salah."
"Yup ... jawaban yang tepat adalah SALAH ..., semua regu menjawab dengan tepat, masing-masing mendapat nilai sepuluh ...."
Gila Cuy, ini lomba keren banget. Pasti hasil akhirnya nanti beda-beda tipis.
Sampai soal ke sepuluh (soal terakhir) dibacakan, semua regu selalu mendapat nilai sempurna. Itu artinya nilai regu kami dan dua regu yang lain adalah sama, yakni 125.
Dan ... sekarang ... inilah yang menjadi penentuan menang atau kalah. Babak yang paling dinanti-nanti, yang paling panas, dan yang paling menegangkan.
"Ok, sekarang kita memasuki babak terakhir yang merupakan babak penentuan juara. Tampaknya semua regu punya kekuatan yang seimbang ya, semua pasti ingin meraih gelar juara. Sebelum kita lanjut, biar gak tegang yah, kita kasih tepuk tangan dulu buat ketiga regu yang luar biasa ini ...."
Lagi-lagi tepuk tangan yang memenuhi ruangan justru membuat tangan gue semakin dingin. Bismillah, yakin menang!
"Babak terakhir ini adalah babak satu lawan satu. Satu persatu peserta akan maju ke meja di bagian depan podium untuk saling memperebutkan satu soal yang diberikan. Bagi yang menjawab benar akan mendapat nilai sepuluh, dan bagi yang menjawab soal tapi salah, poin regu akan dikurangi lima. Jadi adik-adik sekalian dengarkan dulu soalnya baik-baik ... kalau sudah yakin baru tekan belnya ya ... pasti sudah paham semua kan?"
"Siap Mbak Cantik."
"Ok, silahkan peserta nomor urut satu mengambil posisi."
Dari tim kami, Kak Enida berdiri dan maju mendekati meja yang tak jauh dari podium kami. Setelah mengetes bel dan dipastikan tak ada kendala, barulah pertarungan babak terkahir ini dimulai.
Gue percaya sama Kak Enida bisa mengawali babak ini dengan baik. Karena dari kami bersepuluh, Kak Enida adalah anggota yang paling cepat dan tepat dalam urusan menekan bel.
"Ini dia soal pertama ... Sebelum memangku jabatannya, Presiden dan Wakil Presiden bersumpah menurut agama atau berjanji dengan sungguh-sungguh di hadapan Majelis Permusyawaratan Rakyat atau Dewan Perwakilan Rakyat. Jika Majelis Permusyawaratan Rakyat atau Dewan Perwakilan Rakyat tidak dapat mengadakan sidang, Presiden dan Wakil Presiden bersumpah menurut agama atau berjanji dengan sungguh-sungguh di--"
Teeettt
Tooottt
Lampu Bel Kak Enida menyala bersamaan dengan lampu bel dari regu A, seorang cewek berambut panjang yang dikuncir.
"Bagaimana Dewan Juri? Lampu mereka menyala bersamaan ..., apa perlu soal dibacakan ulang?" tanya Mbak Cantik pada Dewan Juri.
"Silahkan regu A."
"Regu A?"
"Ya, regu A."
Seorang juri tiba-tiba memutuskan untuk regu A yang menjawab. Seharusnya itu bisa kami protes karena tak bisa langsung memutuskan seperti itu. Tapi ya sudahlah ....
"Silahkan regu A!"
"Rumusan pasal sembilan ayat dua," jawab peserta nomor urut satu di Regu A.
"Yak ... bagaimana dewan juri?"
"Jawaban salah, minus lima."
"Oh sayang sekali minus lima untuk regu A."
Astaga ... mereka minus lima. Sangat di luar dugaan.
"Semangat Kak Enidaaa ...." pekik Lizzy.
"Ok, saya ulangi lagi soalnya, kali ini yang bisa menjawab hanya regu B dan regu C ya ... Ok ... sebelum memangku--"