Pejuang Nilai

Tama Neio
Chapter #33

EPILOG

Hari ini Tante Ita sedang berbaik hati. Dia bagi-bagi nasi kuning plus ayam geprek ke orang-orang yang ada di sekeliling rumahnya, terkhusus buat keluarga gue sama keluarga Lizzy.

Kami ikut senang dengan kelahiran sepuluh ekor anak ayam gorilanya. Dia juga ucapin selamat dan bilang sangat bangga sama gue, Ardin, dan Lizzy yang bisa menang dalam lomba kemarin.

"Kalian sudah mengharumkan nama kecamatan!" tambahnya.

Hubungan Tante Ita dan Mama Lizzy pun sudah semakin membaik sejak gue jelasin kalau Tante Ita sudah melanggar sila lima, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Beruntungnya dia menerima, sadar kalau membiarkan ayam berkeliaran di lingkungan perumahan bukanlah ide yang bagus. Alhasil Tante Ita setuju untuk membuat kandang yang besar di belakang rumahnya. Mama Lizzy ikut senang mendengarnya, meski tak bisa menjamin apakah akan ada lagi tragedi adu mulut atau tidak, karena memang begitulah emak-emak, sulit ditebak.

Semuanya perlahan bakal berubah kok, seiring berjalannya waktu semua pasti berubah. Sama halnya dengan yang dialami oleh adik gue sekarang, Aldo. Ayah sama Bunda mulai menyayanginya, gak digebukin lagi sampe benjut karena sudah janji gak nakal lagi. Aldo sudah mulai jujur tentang jumlah uang kembalian sehabis belanja di warung.

Ayah sama Bunda juga sudah jarang ngomel dan ngamuk-ngamuk lagi. Mereka sudah berani terang-terangan memuji gue saat makan malam tiba.

"Ardan, Bunda bangga banget sama kamu, Nak. Pas kamu jawab soal lomba kemarin, uhhh Bunda kasih tau sama ibu-ibu yang duduk di sebelah kalau itu adalah anak Bunda. Namanya Ardan."

Akhirnya, nafsu makan gue baik-baik saja malam ini. Biasanya kan .... Hehehe.

Lihat selengkapnya