PEKA

Mariza Agustina
Chapter #10

Suatu Keputusan

Terhitung udah hampir dua bulan aku kabur dari mereka semua. Beruntungnya kejadian itu terjadi pas waktu liburan semester, jadi ngga terlalu kentara kalau aku emang lagi berusaha menghindar dari mereka. Sebenarnya ngga setiap masalah aku kabur kayak gini, cuma beberapa masalah yang benar-benar ngga mau aku hadapin biar ngga semakin rumit.

Balik lagi ke hukum alam, masalah ngga akan pernah benar-benar hilang kecuali kita sendiri yang menghilang dari alam semesta. Sama seperti masalahku sama Mbak Reva yang bahkan sekarang malah lebih buruk dari beberapa bulan yang lalu. Dia memperlakukan ku seperti orang asing yang ngga mau dia kenal sama sekali.

Saat kehadiran ku di wisuda mereka tadi, cuma Mbak Reva yang ngga menyambut ku dengan sambutan riang – kayak biasanya. Bahkan Mas Nando pun masih bisa tersenyum – meskipun dipaksakan – pas ketemu sama aku. Tentu aku ngerasa ngga enak waktu itu, tapi pikiranku jauh lebih tertuju ke sikap Mbak Reva. Ngga ada yang mau cerita tentang masalah apa yang sedang dilalui sama perempuan lemah lembut itu, termasuk Mbak Gita.

Setelah acara wisuda selesai sekali pun, Mbak Reva juga langsung balik ke kos buat ngambil semua barangnya. Tanpa farewell party dan tanpa malam terakhir. Dia bahkan buru-buru pergi saat acara makan-makan kelulusan mereka tadi.

“mbak…Mbak Reva kenapa sih?” tanya ku – hati-hati – seraya mendekati dia.

Pertanyaanku cuma dianggap angin lalu sama Mbak Reva. Dia tetap sibuk sama kegiatannya mengemas barang.

“mbak…aku ada salah ya?” tanya ku.

Kali ini aku ngga bisa kabur, aku harus jelasin tentang masalah beberapa bulan yang lalu sama Mbak Reva. Kalau semisal Mbak Reva kecewa, maka yang terjadi biarlah terjadi. Salahku karena kabur tanpa jujur, padahal kemarin atau pun nanti kalau pada akhirnya kecewa ya bakalan tetap kecewa.

“mbak, masalah yang di Bali…aku mau minta maaf sama Mbak Reva. Aku benar-benar ngga tau kalau Mas Nando suka sama aku mbak…aku juga ngga mau ada diantara kalian. Jadi aku memutuskan pulang ke Bogor biar keadaannya ngga tambah rumit. Aku minta maaf ya mbak karena ngga bilang dari dulu sama Mbak Reva, tapi aku benar-benar ngga berniat buat…”

“cukup dong!” potong nya.

“aku udah tau itu semua. Aku tau Nando suka sama kamu, aku juga tau kalau kamu nolak dia. Aku sama sekali ngga permasalahin masalah itu dong” ucap Mbak Reva seraya menghentikan kegiatannya.

“ya terus apa mbak? Kenapa Mbak Rev ngga mau negur aku kalau Mbak Rev ngga permasalahin masalah itu? Mbak Rev juga kayak ngga mau lihat aku gitu” balas ku.

“kamu masih ngga ngerti ya dong?”

“ngga ngerti apa sih mbak? Mbak Rev itu sebenarnya kenapa?”

“dong, aku itu suka sama Kiki! Bahkan jauh sebelum kamu kenal sama dia”

Dengar pengakuan barusan, aku seolah speechless sama perbuatan Mbak Reva. Selama ini ternyata bukan Mas Nando yang khianatin dia gara-gara suka sama aku, justru Mbak Reva duluan yang mengkhianati Mas Nando. Aku kira hubungan mereka baik-baik aja kayak apa yang terlihat selama ini. Terus buat apa dia lanjutin hubungan nya, terus buat apa tangisan haru perayaan anniversary kemarin…

“terus apa urusannya sama aku? Kalau Mbak Rev suka, ya Mbak Rev ngomong aja sama Mas Kiki”

Aku ngga mau memperjelas masalah Mbak Reva sama Mas Nando, atau sederhananya aku ngga mau ikut campur sama perbuatan mereka.

“dia suka sama kamu”

Ini adalah saat dimana Mbak Reva ngga bisa mengendalikan emosi nya lagi. Buat pertama kali nya, dia meneriaki aku dengan kemarahan yang tersulut di mata nya.

“hah?” balas ku, ngga percaya.

“kamu tau aku sering putus – nyambung sama Nando, tapi aku ngga pernah bener-bener terluka gara-gara itu, dong” Mbak Reva mulai meneteskan air mata nya, dia benar-benar larut sama situasi ini.

Lihat selengkapnya