POV Rani : Aku, misteri danau ui, dan Mr.rius
Namaku Maharani Dwi Pratiwi nama yang sangat Indonesia banget kalau kata dosen sastra Jawa, yah mau bagaimana lagi kedua orangtuaku asli made in Indonesia. Papah Bandung Cimahi dan Mama Bandung Dago, mereka kuliah dikampus yang sama pula. Tak heran terkadang kalau ngobrol dengan orang sunda logatku akan kentara banget dan akan katahuan dimana kota asalku lahir dan tumbuh.
Aku mengambil jurusan FIB UI, kenapa harus bahasa? Karena gak mungkin kalau matematika atau fisika, aku benar-benar bodoh dalam hal hitung-menghitung, meski aku tidak bisa selamanya menghindari si angka cantik karena faktanya aku masih harus bertemu statistika di organisasi internal kampus. Aku bukan a Fajar yang disebut kalkulator berjalan atau sudah berganti gelar menjadi komputer berjalan? Yang pasti tidak ada yang berubah darinya selain kharismatiknya yang semakin mengagumkan, setidaknya itu yang kudengar dari Mia teman masa SMAku di Bandung yang kini kuliah di kampus yang sama dengan a Fajar, oke dia memang gak seterkenal itu dikampus tapi Dewi memang sebelumnya sudah mengenal baik kakakku dan secara kebetulan dia adalah asdos Mia saat ini. Jadi apa yang terjadi dengan aa ku yang ganteng ini dikampus sudah pasti akan sampai ketelingaku lewat Mia, tentu saja tanpa sepengetahuan aa. Biasanya tahu-tahu aku sudah menggodanya dengan rayuan maut ala Rani yaitu
"cieeee..... aa Fajar lagi suka sama cewek mah, namanya Zahra" biasanya kalau sudah berteriak begini si empunya suara langsung ngelak seribu alasan lalu dengan alasan lain menutup sambungan teleponnya dan langsung gak akan aktif beberapa jam. Biasanya setelah itu giliran aku yang dimarahin mama.
"kamu sih Ran jangan suka godain aa kamu ihh, kamukan tahu dia pemalu kalau urusan perempuan." Sementara aku hanya cekikikan puas namun setelahnya tentu saja minta maaf dan berjanji untuk tidak mengulangi, meski aku gak janji kalau tiba-tiba ada berita hot yang disampaikan Mia besoknya.
Deuh maafkan adikmu yang jailnya kelewatan ini a, tapi yang pasti rasa sayangku pada siganteng dan sholeh ini gak akan berubah dong. Oke kita lupakan tentang kisah a Fajar yang kata Dewi sedang kesemsem diakhir-akhir tugas skripsinya, ada hal lain yang lebih urgent untuk kuhadapi diakhir matakuliah menjelang UTS, yaitu kekilleran dosen B.Inggris yang naik beberapa oktaf. Mr. James dosen bule yang tak segan segan memberikan nilai C pada mahasiswanya yang terlambat. Ini masih tentang kehadiran ya belum termasuk nilai uts dan uas yang harus perfact tidak boleh ada cacat. Jadi ritual sholat subuh tidur lagi tidak ada dalam kamusku. Tepatnya semenjak aku berambisi untuk masuk UI.
Jadi yang terjadi saat ini aku harus berlarian dari gedung B ke gedung A sebelum si Mr. perfact datang lebih dulu. sekedar informasi si dosen bule ini masih lajang dan ganteng makannya gak heran banyak mahasiswi yang rela pindah kelas dan ambil kelas tambahan karena ingin duduk diruangan yang sama, oke ini mungkin terdengar seperti di novel-novel romantis tapi ini nyata adanya tanpa rekayasa.
Ia adalah salah satu dosen pintar dengan wajah klasik khas Denmark dan tubuh atletis seperti dewa dewa Viking dalam legenda skandinavia (okee aku tahu ini berlebihan) tapi kesimpulannya dia tampan, pintar, dingin dan perfact. Cukup untuk mendeskripsikan bahwa si dosen ini memang tipekal orang paling berbahaya dilingkungan para mahasiswi wkwkwks.
Aku mengecek sekali lagi alroji ditangan, masih ada waktu 10 menit sampai aku mencapai pintu kelas dengan jarak 300 meter, dengan jurus lari dikejar maling sampailah aku didepan pintu dengan nafas yang sedikit tidak teratur. Oke ini bukan pertamakalinya aku hampir telat dikelas Mr. James dan Alhamdulillahnya selama ini Allah masih mentakdirkan aku bernafas lega ketika memasuki kelasnya. Diibaratkan menang undian berhadiah saking senangnya aku memasuki kelas untuk mencari tempat strategis belajar, yuup mendengarkan dosen menerangkan tanpa dia harus melihat wajahku secara jelas dan langsung yaitu berada pada posisi baris kelima kolom pertama (oke lebih jelasnya aku duduk dipojok tembok kedua dari belakang).
Namun saat pintu terbuka, kelas masih kosong melompong, tidak ada orang satupun padahal jam masuk tinggal 1 menit lagi. Aku kebingungan mengingat-ingat hari, jangan sampai aku lupa sekarang hari dan tanggal berapa. Namun bagai disambar petir sore sore pas lagi makan bakso pak mamat lututku lemas seketika, ternyata ada pesan di grup WA yang sudah ramai sejak 30 menit yang lalu saat Kevin selaku PJ matkul Mr. James menginformasikan bahwa kelasnya hari ini libur karena beliau harus menghadiri seminar di Singapura, huuaaaa pengen nangis jadinya. Padahal hari ini kalau tahu libur aku bisa anterin mama kerumah uwa Jojo di Bekasi dan sialnya aku malah membiarkan mama naik kereta sendirian kesana. Namun aku istighfar sekali lagi, bukankan beberapa waktu yang lalu aku masih memujimu ya Allah karena selalu bernasib baik di matakuliah Mr. James. Meskipun rasanya sakit aku melangkah keluar kelas dengan lemas.
"eh dek Rani sedang apa? Ada kuliah?" aku menoleh pada sosok berjilbab merah maroon yang tahu-tahu sudah berdiri disampingku, masya Allah kakakku yang satu ini memang idaman sekali sudah cantik, sholehah, lembut pula.
"eh mbak Tia, ngagetin aja hmmm ada sih mbak harusnya sekarang cuman dosennya berhalangan hadir. Jadinya balik lagi deh kerumah karena gak ada kegiatan lain"
"yuk mending kamu ikut kajian bareng mbak di masjid UI, materinya bagus banget loh tentang muslimah" senyum gadis berjilbab lebar ini merekah seketika, beda memang kalau yang berbau dakwah akhwat yang satu ini tidak usah diragukan. Sementara diriku yang ngakunya pengen disebut akhwat masih saja males kalau berhubungan dengan sesuatu yang berbau kajian, kecuali pengisinya tokoh-tokoh terkenal, semacam Taqi malik begitu. Astaghfirullah Rani.
"boleh banget mbak, udah lama nih Rani gak ke masjid UI lagian kejauhan mbak harus ngelewatin danau dulu hehe" Tapi memang bener jarak dari satu fakultas ke fakultas yang lain aja jauhnya kebangetan harus nunggu bus kuning dulu kalau gak mau kaki gempor karena pegel pegal.