Pelabuhan Terakhir

Rusmini
Chapter #13

Bagian 12

POV Rani

Setelah kamu selesai skripsi nanti...

mari kita menikah"

kata-kata kak Aldwin tadi siang terus saja terngiang dikepalaku, membuat sulit berkonsentrasi pada tugas kampus bahkan tugas rumah yang kuabaikan beberapa jam lalu. Diam-diam aku tersenyum lalu beberapa saat kemudian beristighfar sambil menggelengkan kepalaku dengan malu.

Yaaa.... Aku seperti bocah SMA yang baru ditembak cowok popular di sekolah, padahal ya ampun usiaku sudah 21 tahun.

"kenapa neng motong wortel dari tadi gak selesai-selesai?

Sopnya udah mau mateng atuh ini teh "

Suara mama dari arah belakang membuatku terkaget sesaat, lupa jika saat ini aku tengah memasak di dapur bersama mama.

Aku mengubah ekspresiku dengan serius, jangan sampai mama curiga melihatku senyum-senyum sendiri saat lagi motong wortel.

"wortelnya banyak yang busuk ma, jadi harus dipilih-pilih dulu.."

"hmmm"

"udah mama istirahat aja, biar neng yang masak sop sama goreng ikannya....

Nanti kalau masakannya udah mateng, aa juga udah datang, baru deh neng panggil mama buat makan bareng..

Kalau aa tahu neng biarin mama kecapean bisa kena semprot nanti ma"

Aku ingat betul, dari dulu a Fajar memang terkenal rajin bantu mama di dapur, tak kenal malu meski dia seorang lelaki. Baginya, asal mama bahagia sudah cukup. Jadi, aku sering dimarahin kalau malas dan biarin mama kerja sendiri di rumah.

"mah..

Kalau neng nikah abis wisuda atau skripsi gimana?"

"jangankan abis wisuda, sekarang aja mama setuju kok "

Aku menoleh kearah mama yang tengah mengaduk panci berisi sop ayam

"yak enggak sekarang juga ma...."

"tapi mama serius loh neng, apalagi yang diharapkan seorang ibu tua yang udah sakit-sakitan selain lihat anak gadisnya menikah dan hidup bahagia"

Aku menghentikan aktifitas memotong wortel dan beralih memeluknya dari belakang. Harum tubuhnya membuatku betah berlama-lama.

"mama jangan ngomong gitu dong, mama pasti sehat biar bisa lihat aa dan neng nikah "

Mama mengelus tanganku yang masih asik memeluknya dari belakang, ngomong-ngomong kami memang sudah lama gak se mesra ini dirumah. Habisnya aku biasa pulang malam kalau abis kuliah karena harus ngerjain tugas dan survey di lapangan. Jadinya kalaupun pulang tinggal makan dan istirahat.

Paling bener-bener bisa ketemu mama full seharian ya hari minggu doang. Itupun sambil bantu packing catering pesanan pelanggan mama.

Rasanya, udah lama banget kami gak liburan bareng, terakhir liburan saat ayah masih ada. Kami ber 4 liburan ke Lombok merayakan ulang tahun pernikahan mama dan ayah.

"ma.. nanti liburan bareng lagi yuk, ke villa yang di Bogor aja..

Merayakan kelulusan dan wisuda aa"

mama melepaskan pelukanku, lalu memandang dan mengelus rambutku yang sedikit berantakan. Kalau dirumah aku memang gak pernah pake jilbab, terutama kalau hanya bareng mama.

"boleh...

Tapi selesaikan dulu motong wortelnya, ini dari tadi lama banget. air sopnya udah mendidih, keburu mateng nih, "

Aku tertawa sambil kembali melanjutkan pekerjaanku yang tertunda, dasar Rani.

000

Mama pingsan, saat setelah masak aku menyuruhnya istirahat dikamar. Dan mendapatinya sudah terbaring lemah di lantai kamar.

Dengan kalap aku menelepon ambulans dan beberapa saat kemudian mama dibawa ke RS terdekat. Setelah agak tenang baru aku bisa menghubungi a Fajar.

Untungnya pada saat aku menelpon a Fajar sudah sampai di Depok dan tengah istirahat sholat maghrib di masjid terdekat.

Saat itu tak ada yang bisa kuperbuat selain menangis diruang tunggu rumah sakit, mengingat keadaan mama yang masih kritis. Sesaat dokter bilang jika pembuluh darah arteri yang mengalirkan darah ke jantung mama mengeras dan mengalami penyempitan. Ini adalah salah satu efek dari kolestrol yang di derita mama selama ini.

Tak lama setelah itu a Fajar sampai ke RS dan langsung menemuiku yang masih terisak diruang tunggu. Aku masih shock stelah mendengar kabar dari dokter mengenai kondisi mama yang masih kritis.

Saat a Fajar sampai, aku langsung menangis dan berhambur ke dalam pelukannya. A fajar hanya diam sambil menenangkanku. Tak ada yang bisa kami perbuat selain sama sama menangis dikoridor rumah sakit.

Lihat selengkapnya