Malam itu, mereka semua memutuskan buat tetap di penginapan, tapi rasa takut makin mencekam. Setiap bunyi ombak di kejauhan terdengar lebih berat, seolah membawa pesan yang nggak terucap. Sambil memandang keluar jendela, mereka semua mulai mempertanyakan tujuan mereka di sini.
Haikal, yang biasanya paling berani, mulai bicara dengan suara pelan, “Gue nggak tau lagi deh. Gue pikir liburan ini bakal jadi seru, tapi sejak ketemu pria tua itu… kayaknya ada sesuatu yang gak bener sama tempat ini.”
Bintang mengangguk, ngerasa setuju. “Dan jejak kaki itu… kayaknya bukan cuma kebetulan. Ada sesuatu yang mencoba ngasih kita petunjuk, atau… mungkin peringatan.”
Dewa, yang udah bosen dengan suasana mencekam ini, tiba-tiba berdiri. “Gue nggak mau kita di sini cuma diam-diam ketakutan. Kalau emang ada yang mau muncul, ya biarin aja kita lihat, daripada bersembunyi dan makin takut.”
Arga menatap Dewa serius. “Lo mau kita ngejar sesuatu yang nggak jelas? Ini bukan cuma mimpi buruk, bro. Ini udah nyata, bahkan ngikutin kita sampai sini.”
Mereka semua terdiam lagi. Di tengah keheningan itu, Jemian yang punya inisiatif. “Gimana kalau kita balik ke pantai? Mungkin kita bisa nemuin sesuatu. Gue yakin, pria tua itu nggak muncul di situ tanpa alasan. Mungkin ini soal masa lalu yang belum selesai.”
Walau setengah ragu, mereka semua setuju buat nyari tahu lebih dalam. Malam itu, mereka kembali ke pantai yang sekarang disinari bulan purnama. Pantai terlihat lebih seram dalam gelap, tapi bayangan bulan di laut membuat mereka bisa melihat sedikit lebih jelas.
Setibanya di pantai, mereka mulai menyusuri lagi jejak kaki yang mereka lihat siang tadi, berharap menemukan sesuatu yang bisa memberi jawaban. Tapi anehnya, jejak itu sekarang menghilang sama sekali, seolah pasir menyerap semuanya.
Dimas merasa bingung. “Tadi kita ngeliat jelas banget, jejak itu ada di sini. Tapi kenapa sekarang hilang?”
Jevano, yang mulai merasa bahwa semuanya punya makna tertentu, berbisik, “Gue rasa ini bukan soal fisik, tapi ada yang lebih dari sekadar jejak. Kayaknya ada pesan yang coba disampaikan.”
Mereka mulai berjalan menyusuri pantai, dengan hati-hati mengamati setiap detail yang mungkin mereka lewatkan. Tiba-tiba, di antara gulungan ombak, mereka melihat sesuatu yang bersinar. Benda kecil itu terombang-ambing di air, kayak mengundang mereka buat mendekat.