Dua hari kemudian, Alan dengan perasaan malu menge’chat Gita duluan. Alan meminta bantuan diajarkan pelajaran Kimia dan Matematika untuk ujian remedialnya. Gita pun siap membantunya agar bisa lulus dari ujian tersebut. Lalu Alan pun pergi menuju rumah Gita yang berada di daerah Cicaheum. Di rumahnya, hanya ada Gita dan pembantunya saja karena yang lain sedang sibuk dengan urusannya masing-masing. Pembantu itu memberikan minuman berupa sirup dengan rasa melon. Alan pun diajari pelajaran Matematika dan Kimia oleh Gita sampai dia mengerti pertanyaannya dan bisa menjawabnya juga. Dan tidak terasa sudah 3 jam saja Alan belajar dengannya. Gita meminta istirahat, lalu mengajak Alan untuk mengobrol. Gita menanyakan tentang hobi, makanan, dan asmara kepadanya. Alan menceritakan bahwa dia adalah seorang drummer band, tidak suka makanan pedas maupun asam dan sudah lama menjomblo. Gita pun terkejut ketika mengetahui bahwa orang pendiam seperti Alan adalah seorang anak band. Dia pun lebih terkejut lagi, ketika tahu band itu sudah beberapa kali memenangkan festival musik lokal maupun nasional.
Gita heran mengapa tidak ada yang mengenal Alan sebagai anak band di sekolah dan langsung menanyakan rasa penasarannya itu. Alan menjawab ketika dia sedang manggung, dia selalu memakai topi dan masker. Gita tertawa karena menganggap jawaban dari Alan itu lucu dan unik. Dia berpikir ketika banyak orang-orang yang sangat ingin terkenal, tetapi Alan malah kebalikannya. Alan beralasan malu dan alasan itu tidak mengejutkan bagi seorang Gita. Dia semakin kagum dan nyaman dengan kehadiran Alan di hidupnya saat ini. Dia merasa Alan bisa memudarkan rasa sakit hatinya yang baru saja diputuskan oleh mantan pacarnya. Gita juga tidak menyangka kalau teman sekelasnya itu memiliki selera humor dan keunikan tersendiri. Alan pun senang ketika tahu bahwa kekurangannya itu malah membuat dirinya bahagia bukan malu. Sekaligus, kini dia juga memiliki teman belajar yang dapat di andalkan. Dia pun berharap bisa terus belajar bersama Gita, entah itu di rumah Gita ataupun di sekolah.
Sebab ketika berada di rumahnya, selalu saja ada gangguan dari makhluk gaib saat dia belajar ataupun ibadah. Meskipun dia sering melihat berbagai makhluk gaib di rumahnya, dia sama sekali tidak takut kepadanya. Dia hanya terkaget dan selanjutnya mencoba membiasakan diri. Alan juga tidak memberi tahu siapapun kalau dia bisa melihat berbagai makhluk gaib yang ada disekelilingnya. Kepribadian introvertnya itu yang membuatnya selalu menyimpan masalah dan berusaha menyelesaikannya sendiri. Di rumah Po, sebenarnya ia melihat ada makhluk gaib yang sering menganggu keluarga tersebut. Di sekolahnya pun, ia mengetahui ada makhluk gaib yang membuat para murid tidak fokus belajar. Bahkan, dia pun mengetahui ada jin penghuni di suatu rumah makan terkenal yang membantu perjualannya agar tetap bagus dan selalu bisa menarik pengunjung yang banyak. Tetapi dia tetap bungkam dan tidak mau memberitahukannya pada siapapun karena malas jika suatu nanti mendapatkan masalah.
Dua minggu berlalu dan saatnya sekarang dia untuk bertarung dengan kertas ujian remedial. Dia mengerjakan dengan baik serta teliti dan akhirnya bisa lulus di mata pelajaran yang bernilai merahnya itu. Dia begitu senang dan segera memberi tahu kabar ini pada orang tuanya dan juga Gita. Kerja kerasnya untuk belajar selama ini tidak sia-sia begitu saja. Habis itu, Alan berlibur ke rumah neneknya di Tasikmalaya bersama dengan keluarganya. Dia setiap hari pergi ke sawah untuk melihat para petani menanam padi, melihat penggembala bebek sedang menggiring peliharaannya, dan juga menaiki kaki gunung untuk melihat pemandangan yang indah disana. Setelah beberapa minggu berlibur di rumah neneknya di Tasikmalaya itu, Alan dan keluarganya pulang kembali ke rumahnya di Bandung.