Makhluk gaib tersebut sekarang berhasil membuat Alan berpisah dari keluarganya dan juga semakin menyukainya. Bisikan dari makhluk itu terdengar seolah-olah terkesan benar karena Alan merasa selalu didukung dalam berbagai keputusannya, padahal sebenarnya ada maksud dibelakangnya. Orang tuanya pun termakan oleh bisikan-bisikan makhluk itu sehingga terpengaruhi pikirannya. Saat bandnya manggung di Dayeuh Kolot, dia di datangi oleh seorang perempuan yang dahulunya pernah dikenalnya. Perempuan itu bernama Tika, teman SMA yang pernah sekelas dengannya pada saat di kelas 12. Mereka pun bertemu di belakang panggung, lalu Alan mengajaknya masuk ke tenda untuk mengobrol.
Sekarang, Alan tidak lagi menggunakan masker dan topi lagi pada saat tampil sebab dia kini sudah semakin percaya diri. Ketika mereka berdua masuk ke tenda Burgundy, Alan dan Tika di soraki serta digodai juga oleh para anggota band lain sampai mereka dibuat malu. Memang terlihat aneh dan tidak biasanya, ketika Alan yang pendiam dan pemalu itu membawa perempuan masuk kedalam tenda bandnya. Karena tidak nyaman, Alan pun segera mengajak Tika untuk mengobrol di luar saja menggunakan mobil barunya. Dan secara kebetulan, band mereka sudah selesai tampil di acara tersebut. Alan berniat mengajaknya untuk makan di sebuah café yang sudah terkenal di Kota Bandung. Setelah mobil Alan diparkir, mereka pun segera keluar dari mobil tersebut. Ketika berjalan menuju kedalam café, dia diberhentikan oleh seorang tukang parkir untuk dimintai berfoto bersama. Sambil berjalan menuju kedalam cafe, Tika menggodanya dengan sebutan “Sekarang udah beda, euy. Udah jadi artis, lah”. Alan tertawa, lalu membalasnya dengan “Bisa aja, lo”.
Mereka duduk dan dengan cepat karyawan café mendatanginya untuk memberikan menu pada mereka. Karyawan resto itu juga mengetahui bahwa pelanggan di depannya itu merupakan anggota band Burgundy, jadi dia pun mengajak Alan bersalaman tangan serta meminta foto bersama. Tika pun menggoda Alan kembali, sehingga membuat Alan tertawa dan juga tersipu malu. Di café itu, mereka membicarakan tentang masa-masa SMA-nya pada saat dahulu. Mereka tertawa dengan kelucuan-kelucuan pada masa lalu dan Tika juga menyindir Alan yang pemalu, pendiam dan aneh pada saat di sekolah. Alan pun tertawa kembali ketika mendengarnya. Alan juga menjelaskan bahwa sekarang dia sudah berbeda dan tidak seperti dahulu lagi. Tika pun meng’amininya dan ikut senang dengan pencapaian teman SMA-nya itu.
Tetapi Alan juga memberitahunya bahwa rasa malu dan sosok pendiamnya itu masih ada, cuma semakin lama semakin tergerus. Dia juga sebetulnya masih grogian pada saat berada di keramaian dan juga tetap tidak terbiasa bertatap muka dengan orang-orang yang baru dikenalnya. Tetapi berbeda ketika dia sedang manggung, Alan bisa menghilangkan rasa grogi itu karena terhipnotis pada saat bermain dengan drumnya. Mereka berbincang selama 2 jam di café tersebut dan setelah itu, Alan mengantar Tika pulang ke rumahnya yang berada di Baleendah. Dalam mobil, Tika meminta nomor ponsel Alan agar dia tetap bisa berkomunikasi dengannya. Alan pun memberikannya dengan mudahnya dan tanpa rasa curiga.