Pagi-pagi sekali Awan sudah berada di rumah Pelangi. Bahkan dirinya sedang sarapan di meja makan rumah perempuan itu.
Terdengar ketukan langkah sepatu dari arah tangga, ia menengok kearah pemilik sepatu vans berwarna hitam itu. Wajahnya masam, saat menatapnya. Masalahnya masih sama tentang jabatan ketua kelas yang sangat tidak dirinya sekali itu.
Selepas mengantarkan perempuan itu pulang, juga malam harinya. Perempuan itu terus mengabaikannya.
"Morning Pelangiku." Sapanya yang dibalas wajah datar perempuan itu.
Pelangi meneguk susu coklatnya, sesekali melirik Awan lewat gelas yang sedang ia minum. Ia sebenarnya tidak tega mendiamkan Awan seperti ini. Walaupun kemarin Awan marah padanya laki-laki itu tetap bersikap baik padanya.
Setelah meneguk susu coklatnya hingga tandas. Ia bangkit menuju luar, diikuti Awan.
"Wait." Kata Awan lalu menghalangi jalannya.
Tiba-tiba saja tangan Awan terulur kearah mulutnya mengusap bibirnya. "Itu bibir mau disemutin, susu nempel semua."
Pelangi menghempaskan tangan Awan.
"Pelangi kalo lagi ngambek tambah imut." Ujar Awan dengan kekehannya. Lalu kembali berjalan mengejar Pelangi.
***
Ini sudah genap dua hari Pelangi mendiamkannya. Membuat Awan frustasi bukan main. Bahkan saat istirahat pun perempuan itu menghindarinya, dia lebih memilih beristirahat dengan teman perempuannya.
Malam ini ia akan kembali membujuk perempuan itu. Bahkan ia sudah membelikan sepuluh batang coklat kesukaan Pelangi, susu kotak coklat dan susu kotak strawberry.
Ia memencet bel rumah perempuan itu. Tak lama suara ketukan sandal terdengar yang ia yakini milik Pelangi. Dan tebakannya benar, saat pintu terbuka wajah cantik Pelangi terlihat. Ketika melihat wajahnya, perempuan itu langsung masuk ke dalam. Lagi-lagi meninggalkannya sendirian.
Awan menyusul Pelangi lalu duduk di sebelahnya. "Pel gue bawa banyak coklat buat lo. Bawa susu coklat susu strawberry juga." Ujar Awan dengan antusias menaruh kantung plastik berwarna putih dengan logo lebah itu di atas meja.
Awan melirik Pelangi yang tampak acuh padanya dan masih sibuk dengan Novelnya. ia mengambil susu strawberry itu lalu menusukan sedotan. "Nih minum mumpung masih dingin." Awan menyodorkan minuman itu pada Pelangi. Namun Pelangi masih mengacuhkannya, bahkan menengok pun saja tidak. "Pelangi ini nanti susunya nangis loh, didiemin gini sama lo." Ucap Awan lembut. tangannya masih mengambang di udara memegang susu itu.
Awan membuang nafasnya kasar. Kesal akan sikap Pelangi yang terus-terusan seperti ini.
Awan menghembuskan nafasnya kasar.
"ANINDIA PELANGI lo bisa nggak sih nggak usah kaya anak kecil gini. Ini nih yang nggak gue suka dari lo, sifat lo yang kekanakan. Perlu lo tahu, kenapa gue dengan keras menolak jabatan itu. Karena gue nggak mau waktu gue sama lo berkurang, gue nggak mau lalai dalam menjaga lo. Terlebih itu pesan dari bokap lo. Lo jangan egois gini dong." Awan menetralisir nafasnya mencoba meredam emosinya. Ia meraih bahu perempuan itu dengan lembut. Lagi ia menyesali ucapannya karena telah membuat perempuan di hadapannya ini menangis.
Dengan lembut Awan menghapus air mata perempuan itu dengan ibu jarinya. "Lo tahu kan gue nggak bisa diginiin sama lo. Gue tersiksa nggak bisa denger suara lo." Ucap Awan dengan lembut sambil menyelipkan anak rambut Pelangi di belakang telinganya.
"Ma..af." Ucap Pelangi sambil menunduk. "Gu...gue cu..ma mau yang terbaik buat lo, gue takut nilai lo kosong di rapot."
Awan menaikan dagu Pelangi untuk menatapnya. Membelai lembut pipi wanita itu."Emangnya lo khawatir banget sama nilai gue?"
Pelangi mengangguk.
Awan menatap dalam mata Pelangi. Mata yang kini terlihat meredup karena ulahnya. "Yaudah kalo itu mau Pelangi. Awan mau jadi ketua kelas."
Seketika semburat pelangi muncul di bibir perempuan itu. "Beneran?" tanya nya tak percaya.
Awan mengangguk. "Iya."
"Janji?" Pelangi mengulurkan jari kelingkingnya.
Awan mengaitkan jari kelingkingnya pada jari perempuan itu. "Janji." Ia tersenyum.
"Makasih. Maafin gue ya Awan?"
"Hmm. Jangan di ulangin lagi, jangan diemin gue."
"Iya janji." Pelangi tersenyum simpul lalu memeluk Awan. Yang dibalas tak kalah erat oleh laki-laki itu.
"Gue kangen sama lo." Ungkap Awan.
Pelangi mengangguk. " Sama Pelangi juga."
***
Pagi itu sang semesta kembali bersama, setelah menempuh jarak. Kembali tertawa lepas tanpa ada beban sama sekali. Terkadang mengalah adalah jalan paling tepat untuk menyelesaikan masalah. Tapi percayalah bahagia itu ada.
Memeluk itu bukan hal yang tabu untuk mereka. Itu sudah seperti makanan mereka. Seperti halnya saat ini saat Awan baru saja menginjakan kaki di ruang tamu Pelangi, ia sudah memeluk perempuan itu dari belakang saat Pelangi sedang menguncir rambutnya.
"Awan siluman cicak ngapain lo nemplok-nemplok gue."
Awan terkekeh sambil menghirup harum buah strawberry dari rambut Pelangi. "Gak papa jadi cicaknya Pelangi."
"Awan ini gue susah gerak, lepass!!" Pelangi mendengus, saat Awan mengacuhkan ucapannya."Lo nggak lepas mie lo nggak pake telor ya?"
Menurut, Awan langsung melepas pelukannya saat Pelangi melancarkan ancamannya. "Lo suka banget sih ngancem gue, kaya penjahat aja."