Layak-nya anak kecil pada umumnya, Angga mulai mengenal dunia masa kecil yang penuh warna. Bermain setelah pulang dari sekolah hingga lupa waktu. Patokan pulang adalah adzan magrib yang dikumandangkan surau yang berdekatan dengan lapangan bermain mereka.
Pengalaman baru bagi Angga bermain dengan orang lain.Namun naluri anak lelaki-nya masih melekat padanya yang di tandai dengan adaptasi yang cepat dalam bermain dengan anak laki-laki lain. Motoriknya bagus ketika diajak bermain bola kaki, bola kasti , dan permainan yang membutuhkan gerak aktif lainnya -Angga dengan lihai memainkan seluruh permainan itu.Terlebih lagi dengan permainan tradisional kucing-kucing ( bola bekel dan kerang laut), lompat tali. Angga sangat menggemarinya dan lihai dalam memainkan permainan itu.
Di usianya yang belia, wajar sepertinya bermain dengan semua anak, baik anak laki-laki maupun perempuan. Namun kecendrungan Angga yang lebih sering memilih bermain dengan anak perempuan membuat dia kadang dikucilkan oleh anak laki-laki lainnya. "Permainan karet, dan bola bekel itu tak cocok untuk cowok. Itu khusus mainan cewek." begitulah pernyataan yang sering di-katakan pada Angga.
Angga anak yang cerdas, dia punya sudut pandang berbeda dengan orang lain. Selain itu dia punya rasa percaya diri yang tinggi terhadap apa yang menurutnya benar. Sesekali -pun dia tak gentar dan ragu jika dia punya pandangan yang berbeda dari yang lain. Namun dia sadar, semakin sering dia menghindari orang-orang yang benci dengan sudut pandangnya,maka dia akan kesulitan dalam menjalani hari. Gangguan akan datang dari mereka, dan suatu saat bisa menjadi penghambat baginya dalam melangkah maju.
Angga bermain dengan siapa saja, meskipun kadang kala dia sering dicemooh anak laki-laki lainnya karena kegemaran Angga yang bermain dengan anak perempuan. Dia masih bersahaja dengan anak laki-laki lainnya, ditambah Angga memang jago dalam banyak permainan serta cara berkomunikasi yang bagus membuatnya mendapat respect dari teman-temannya yang lain.