Semburat garis jingga terbentang melintang di atas cakrawala, gerombolan kalong keluar dari arah hutan yang berbatasan langsung dengan kota yang menandakan musim durian akan tiba dalam beberapa minggu lagi. Seorang gadis kecil langkahnya tergesah-gesah sambil memeluk al-quran, matanya fokus memandang jalan setapak pinggiran kota kecil yang diberi nama Tanjung Teran itu. Ia sedang berlomba dengan sang surya antara Ia duluan mencapai rumah sebelum bulan menggantikan surya, atau surya duluan yang lenyap diantara celah perbukitan diujung barat. Ia yakin petuah orang tua yang sering kali terdengar seperti dongeng sebelum tidur itu adalah peringatan nyata yang mesti diindahkan. Sebuah cerita tentang Urban Legend Kota Tanjung Heran yaitu Mak Sumay si pemakan anak kecil yang masih berkeliaran saat sandekala.
Gadis kecil yang berjalan tergesah itu selalu dalam keadaan bimbang setiap sandekala tiba. Tapi, apapun ketakutan yang dihadapinya, taat beragama adalah jalan satu-satunya untuk berbakti kepada orang tuanya yang tak tahu keberadaannya. Jarak rumahnya yang lumayan jauh dari surau tempat biasanya mengaji membuat tidak ada satupun rekan sebayanya yang pulang satu arah dengannya. Kadang jika rasa malas tiba Ia berdoa agar sore ini turun hujan yang menyebabkan Ia tidak perlu bersusah payah pergi mengaji.
Musim durian akan segera tiba maka orang-orang yang mempunyai kebun durian akan berbahagia sebab sebentar lagi mereka semua merasakan jadi orang kaya baru. Durian disana memang sudah terkenal sampai ke kota tetangga selain kuantitasnya yang setiap panen bisa menghasilkan dalam jumlah ton, karakteristik rasa durian dari Tanjung Heran tergolong unik, dengan tekstur lembut seperti roti dan aromanya yang tidak terlalu menyengat serta rasanya gurih agak mirip dengan mentega membuatnya spesial dari Durian dari tempat lain. Bahkan orang yang notabene tidak menyukai durian, jika memakan durian ini akan setuju mengatakan bahwa durian ini adalah durian yang memiliki rasa yang unik serta memiliki aroma yang ramah untuk hidung. Karena kualitas dan kuantitasnya yang memumpuni setiap kali berjumpa dengan musim, durian ini dikirim keluar kota dengan harga yang tinggi.
Namun, hukum positif dan negatif selalu hadir dalam kehidupan ini. Ada kepercayaan berupa pantangan yang mereka taati dibalik mahsyurnya buah kebanggaan masyarakat Tanjung Heran ini. Jika durian masih tergolong lundang tidak ada satupun orang yang diperkenankan pergi ke Kebunnya. Sebab mitos yang beredear mengatakan bahwa itu adalah hari-hari dimana para roh mengambil jatah dari hasil perkebunan. Nanti ketika sudah matang barulah para pemilik kebun diperbolehkan mendirikan pondok sederhana untuk bermalam di kebun duriannya untuk menunggu tungkai durian tersebut mengering hingga jatuh di atas tanah.