PELANGI SENJA ARZINARA

Kandil Sukma Ayu
Chapter #13

TAMAT

Ayah Arzi menatap bingung sekaligus ketakutan. Tubuhnya bergerak gelisah, kepalanya menoleh dari Arzi dan ke ayahnya secara bergantian.

"Bagaimana... Aku tidak pernah menyentuh anak itu."

"Brio. Ketahuilah. Dampak yang kau sisakan dari hasil kebodohanmu tidaklah kecil. Trauma selalu meninggalkan bekas hingga dewasa, bahkan bisa di bawa hingga mati. Sebenarnya apa yang kau pikirkan saat kau melakukan kebodohan itu. Apa yang kau cari dari itu, Brio?" Kakek Arzi sudah kembali duduk, lebih tenang meski nada suaranya masih tinggi.

"Aku tidak tahu, Ayah. Aku benar-benar tidak berpikir panjang. Awalnya aku hanya ikut-ikutan, hanya untuk bersenang-senang. Yang ada di dalam benakku adalah, aku ingin menghukum para antek-antek negara yang telah membuat hidup rakyatnya susah. Aku ingin penguasa negeri itu turun tahta. Itu saja."

"Menghikum antek-antek negara dengan memperkosa dan membunuh entnis Cina? Kau pikir apa hubungan semua itu dengan mereka? Presiden kala itu bahkan tidak berwarga negara Cina," geram kakek Arzi tidak setuju.

"Tidak. Tidak seperti itu. Aku tidak memperkosa banyak wanita seperti mereka. Aku hanya.... Saat mereka mengarah ke utara, aku mengikuti. Aku tahu mereka menuju tempat kediaman Mei Shyang. Dan saat mataku menemukan Mei Shyang, amarahku memuncak mengingat dia telah mengkhianatiku dengan tidur bersama ayah dari bocah kecil itu!"

Semua terdiam, bahkan Arzi pun membeku.

"Aku benar-benar khilaf, Ayah. Aku mencintai Mey Shyang dan pengkhianatanya membuatku terluka. Memiliki kesempatan untuk mendapatkannya dengan kekuatan, tentu saja tidak akan aku sia-siakan."

"Murahan!" decih Arzi jijik.

"Ya. Mungkin kamu berpikir begitu, Nak. Tetapi kamu belum pernah merasakan bagaimana kekuatan cinta menguasai jiwa. Saat sebuah pengkhianatan mengahncurkan hati yang tulus, kau belum pernh merasakan bagaimana sakitnya dikecewakan."

"Ku pikir aku sedang merasakannya."

Brio menatap putranya membeku.

"Aku begitu mempercayai ayah, memandang tinggi ayah sebagai sosok yang hebat dan panutan yang sangat baik, tetapi hari ini ayah benar-benar mengecewakanku dengan tanpa belas kasih memperkosa seorang wanita yang tengah mengandung hingga tewas."

"Tidak. Aku tidak tahu dia hamil. Aku memang memperkosanya di jalan dan di hadapan banyak orang, hanya dengan harapan aku bisa mempermalukannya sekaligus menanam benihku di perutnya, seperti pria brengsek itu menanam benih di perutnya saat Mei Shyang masih menjadi milikku," tutur ayah Arzi, dengan suara berat dan serak.

"Aku tidak bermaksud untuk menghabisinya, Ayah. Tidak, sungguh."

"Mungkin tidak. Tetapi perdarahan hebat akibat perbuatanmu, yang menghantar nyawanya pergi dari tubuhnya, karena wanita itu tengah mengandung dua anak kembar."

Brio menelan ludah dengan kasar, matanya berkaca-kaca.

"Aku mencintainya, Ayah. Aku mencintainya."

"Mencintainya, tetapi ayah justru berniat untuk mempermalukannya."

"Aku kecewa, Nak. Sangat kecewa."

"Ya. Memang terkadang cinta itu begitu buta hingga bisa membuatmu merasa benar untuk melakukan apa saja demi mendapatkannya. Bahkan termasuk mempermalukan dirimu sendiri dengan menyetubuhi seorang wanita dan di tonton banyak orang di tengah jalan. Sungguh aku sangat malu menjadi ayahmu!"

"Ayah, aku...."

"Dan lihatlah sekarang, dampak dari apa yang telah kau perbuat."

"Aku sama sekali tidak pernah menyentuh anak itu, Ayah. Aku bahkan tidak tahu di mana anaknya, karena tidak ada anak kecil satu pun di sekitar kami saat itu terjadi. Mei Shyang benar-benar sendiri." Brio sedikit berteriak, memprotes.

"Ya. Dia memang tidak berada bersama ibunya. Senja kecil mengintip dari balik kaca, saat kau dan orang-orangmu memperkosa, menyiksa, dan memukuli ibunya hingga wanita itu meregang nyawa di tempat."

"Aku tidak memukulnya, Ayah. Aku hanya melucuti bajunya dan memperkosanya, itu saja. Aku bahkan melarang mereka menyentuhnya setelahku, karena aku tidak ingin benihku bercampur dengan milik orang lain."

"Kau pikir apa yang berada di dalam pikiran anak usia 5 tahun, melihat seseorang menyetubuhi ibunya dengan kasar, selain pemukulan dan penganiayaan?"

"Aku... Aku...."

"Kau lihat. Dampaknya begitu besar. Bukan hanya kepada korban, tetapi juga trauma yang kalian tinggalkan untuk keluarga korban, mungkin bahkan untuk seluruh etnis suku yang saat itu engkau hinakan. Dan kau bahkan tidak memiliki alasan yang kuat untuk melecehkan etnis mereka."

Lihat selengkapnya