PELANGI SENJA ARZINARA

Kandil Sukma Ayu
Chapter #10

ARTI SEBUAH PEMAHAMAN #10

Kak Arzi duduk di sampingku, memelukku, sementara kak Lily bersila di sisi lain tempatku. Dia tersenyum padaku.

"Senja. Kamu percaya padaku?"

Aku menatap ragu. Bagaimana tidak. Aku baru bertemu sekarang dengan kak Lily, tetapi dia meminta aku percaya begitu saja padanya. Bagaimana kalau dia orang jahat.

"Baiklah. Kamu boleh tidak mempercayaiku, tapi tolong dengarkan aku, oke?" tanyanya.

Ragu-ragu, tetapi aku tetap mengangguk.

"Senja, tidak pernah ada yang datang menyakitimu."

Aku menggeleng.

"Kamu percaya padaku?"

Aku kembali menggeleng.

"Percayalah. Tidak pernah ada orang-orang yang datang menyakitimu. Itu hanya halusinasi di kepalamu karena rasa ketakutan yang membuatmu trauma."

Aku mengerutkan kening.

"Kamu mengerti, Senja?" Kak Arzi berbisik di telingaku.

Aku menoleh, menggeleng.

"Aku akan membantumu." Kak Arzi menatapku, meraih kedua tanganku dan menggenggamnya lembut.

"Selama ini kamu selalu ketakutan dan merasa diserang oleh banyak orang, bukan?"

Aku mengangguk.

"Dan apa yang selalu aku katakan setelah kamu berhasil mengatasi ketakutanmu?"

Aku menatap tidak mengerti, menggeleng. Sejauh ini, kak Arzi memang tak pernah mengatakan apa pun selain memberitahu aku bahwa mereka semua telah pergi.

"Aku selalu bilang, mereka sudah pergi. Benar?"

Aku mengangguk.

"Ya. Di situlah letak kebohonganku."

Aku menatap bimbang. "Kak. Apakah... Apakah mereka... Tidak pernah pergi? Apakah mereka masih mengejarku?"

Kak Arzi menggeleng. "Tidak."

Aku menahan nafas, beringsut mendekat pada kak Arzi.

"Maafkan aku, Senja. Aku memang begitu salah memperlakukanmu. Ku pikir dengan begitu kamu bisa menghilangkan rasa takutmu, ternyata aku salah. Kamu menjadi tidak mengerti dengan situasimu."

"Maksudnya?" tanyaku bingung.

"Senja. Sebenarnya, tidak pernah ada orang yang mengejarmu dan menyiksamu."

Aku beralih menatap kak Lily, menggeleng.

"Tidak ada."

"Ada!"

"Apa kamu pikir, yang baru saja kamu alami itu nyata? Kamu benar-benar baru saja di kejar oleh rombongan penjahat?"

"Ya. Mereka mencariku dan menarikku dari tempat persembunyianku."

"Tidak."

"Kamu tidak tahu!"

"Kamu yang tidak memahami kondisimu, Senja."

"Tidak!" teriakku, memelotot marah pada kak Lily, meski dia selalu berbicara dengan nada lembut dan sabar.

"Senja. Dengarkan aku dan jawab pertanyaanku. Di mana kamu, sebelum orang-orang itu datang menyerbu." Kak Lily meraih tanganku, menggenggamnya lembut.

Marah, tetapi sentuhan lembut kak Lily membuatku lunak. Aku mencoba untuk mengingat kembali apa yang aku lakukan sebelum serangan itu datang.

"Di mobil," kataku pelan.

"Lalu?"

"Lalu mereka datang, menyerbu, dan menyeretku...."

"Dari mana mereka datang?"

"Dari...." Aku bingung.

"Kamu mendengar mereka datang?"

Aku kembali mengingat, dan ya. Aku bisa mendengar deru motor mereka datang.

Aku mengangguk. "Ya."

"Dan kamu bersembunyi?"

Aku mengangguk.

"Di mana?"

"Di balik tumpukan kursi sofa, di lorong sempit rumah kami."

"Benar?"

Aku kembali mengangguk.

"Lihat aku, Senja. Tatap mataku."

Lihat selengkapnya