Setelah perkuliahan selesai, Bia mendekati kursi Mona, sahabatnya.
“Malam ini mau ke mana?” tanya Bia.
Mona menggeleng.
“Temenin, yuk?”
“Ke mana?”
“Nonton pentas.”
“Teater?”
Bia mengangguk.
“Kamu mau cari mati?”
Bia memasang tampangnya yang paling melas. “Pleaseee ….”
Mona tidak lekas menjawab. Lalu ia menatap Bia tajam, “Tapi awas kalau kamu bodoh lagi.”
“Yes!” seru Bia sambil meninju udara dengan kedua tangan.
Terakhir kali mereka berencana nonton pentas teater sekitar dua bulan lalu. Ya, baru rencana, karena memang gagal terlaksana.
Waktu itu Bia mengajak Mona menonton teater pada malam hari. Bia yakin saat itu ibunya tugas malam karena ia sudah melihat jadwal shift ibunya yang tertempel di kulkas, dan itu berarti mereka bisa nonton pertunjukan tanpa ketahuan. Tapi ternyata Bia tidak jeli. Hari itu ibunya shift siang dan pulang pukul tujuh malam, tepat saat Bia dan Mona tengah bersiap-siap di dalam kamar.
Tidak menyadari kepulangan ibunya, di dalam kamar Bia dan Mona banyak bicara tentang pentas teater yang akan mereka saksikan. Tentu saja ibunya yang berada di meja makan bisa mendengar itu dengan jelas. Alhasil mereka dapat omelan tak berujung.
Mona terpaksa pulang dengan kekecewaan karena sebetulnya mereka sudah memiliki dua tiket yang semuanya dibeli dengan uangnya. Minggu lalu uang saku Bia sudah habis duluan untuk makan-makan dengan Mona yang memang doyan makan. Dan sebagai gantinya, Mona membelikan tiket pertunjukan untuk mereka berdua. Ya, niatnya saling menyenangkan sahabat, tapi nyatanya mereka sedang sial.
Bia dan Mona berjalan menuju kantin sambil membahas rencana nanti malam.
“Nanti kita beli tiket on the spot aja,” kata Bia semangat.
“Berapa harga tiketnya?”
“Tenang. Aku yang beliin tiketnya.”
Mereka tidak sadar ada yang sedang berjalan di belakang dan mendengar obrolan barusan.
“Tiket apa, Bi?”