Blurb
Tak semua cahaya memandu pulang.
Ada yang justru menyesatkan langkah,
mengajak masuk ke lorong panjang bernama harapan—
lalu meninggalkan di tengah,
dengan pelita yang padam satu-satu oleh angin kebohongan.
Di negeri yang katanya subur ini,
tak tumbuh apa-apa selain diam yang dipelihara,
janji yang didaur ulang,
dan doa yang dijadikan syarat untuk selamat.
Anak-anak dibesarkan bukan dengan buku,
tapi dengan kenyataan pahit bahwa hidup adalah soal bertahan dari ketiadaan.
Tak semua yang mati dimakamkan.
Beberapa dikubur diam-diam oleh sistem,
di lembar absensi yang tak sempat dicentang,
di ruang kelas yang roboh sebelum sempat diajar,
dan di jembatan patah yang lebih tua dari jabatan aparat desa.
Kalau kau ingin membaca kisah yang memberi harapan,
tutup halaman ini.
Tapi kalau kau ingin tahu bagaimana senja memadamkan cahaya,
bagaimana luka dibungkus kata-kata,
dan bagaimana korupsi mencuri bukan hanya uang tapi juga nyawa—
maka, duduklah.
Diam.
Dan biarkan cerita ini menghapus nama yang tak sempat tumbuh besar.