Madia, 2018
Memiliki harta yang berlimpah, itulah keluarga Arun lesmana, yang membuatnya tersingkir dari keluarga kaya raya itu, ia berpikir apakah kehidupan tidak bisa terlepas dari materi, ia mematahkan semua pertanyaan itu dengan meninggalkan kota Area menuju ke kota Madia. Arun bosan dengan tata cara yang diterapkan dalam keluarganya hanya ada suapan-suapan tanpa harus berbuat apapun, ia juga retak terhadap cinta, tidak mengerti lagi bagaimana cara menumbuhkannya, kehancuran yang ia rasakan akan pencarian jati diri membuatnya bepikir harus hidup mandiri.
“Cinta mematahkan semua semangatku Run, aku tak bisa lagi jatuh cinta dengan wanita lain selain dia. Gue udah coba beberapa kali untuk membuka hati tapi tetap saja seperti ini, gue percaya kalau jodoh itu ada yang mementukan, tapi apakah sesakit ini. Awal mula gue mengenal wanita, iya karena gue tau bahwa wanita itu adalah insan yang sangat indah dan juga mulia,” kata Winar. Orang yang baru di kenal oleh Arun dalam beberapa pekan yang lalu, mereka bukan teman, hanya sebatas karyawan kerja, di tempat mereka magang sebagai karyawan Pabrik sepatu. Arun tidak membantah apapun yang dikatakan Winar dengan semua persepsi dan argumennya, tentang mantan nya itu, “ katanya sih mereka udah mau menikah,” yah tapi kandas di tengah jalan sangat di sayangkan. Arun yang sangat santai membuatnya banyak di gemari oleh wanita di sekelilingnya.
“Run, gue numpang ya balik sama loe.”
“Ok deh, loe gimana sih. Selalu numpang, udah gue dengarin curhatan loe, gue gak dapat apa-apa, ngantarin loe pulang lagi.”
“Loe gimana sih, iklas gak nih!” ia tertawa, iya bercanda.
Dalam hatinya, Arun berkata “Ini orang nyusahin banget sih, teman juga bukan, eh malah curhat terus, sering ngasih kata-kata mutiara lagi sama gue, kan gue gak butuh itu semua, yah memang dunia sudah berubah.”
Percintaan selalu membuat manusia jatuh dan bangun, tapi mencari sesuatu yang sangat diinginkan, itu adalah sesuatu yang mutlak harus di jalankah, orangtua ku pernah berkata, “setiap manusia yang di lahirkan di dunia sudah di takdirkan berpasang-pasangan, tapi mencari pasangan adalah hal yang paling sulit, jika tidak sulit tidak ada yang namanya jomblo sejati,” begitu menurutnya. Arun tidak terlalu memikirkan masalah wanita, tapi kehidupannya yang biasa-biasa saja membuatnya jenuh menjalani hari-harinya, tidak bisa di pungkiri lelaki yang berumur 23 tahun ini, tidak pernah kepikiran untuk mencari pasangan, ia juga mempercayai bahwa hubungan yang terikat membuatnya tak bisa bebas melakukan apapun, ia banyak melihat kejadian di luar sana, jika jaman sekarang banyak orang yang tunduk kepada cinta, walaupun cinta itu membuatnya bodoh, itu persepsi Arun terhadap percintaan. Sangat berbeda dengan Winar yang selalu mengagung-agungkan tentang percintaan sehingga membuatnya jatuh terlalu dalam. Sepertinya, mereka sebantar lagi akan berteman. Tapi ia juga belum mengetahuinya.
“Run, terima kasih ya.”
“Iya sama-sama, semoga aja loe gak numpang lagi sama gue deh, ribet tau enggak, asik ngerocos aja tentang cinta.”
“Iya, itu semua kan bagus buat loe Run, ya dari cerita gue, loe bisa ambil hikmahnya.”
“Loe tu yang ambil hikmahnya, ngapain gue sih, loe ada-ada aja, ya udah gue balik ya.”
Winar tertawa, “ok.”
“Itu anak emosian banget, pusing gue, tapi Arun baik sih, mungkin kalau gue jadi dia, gue juge emosi. Itu anak apa memang gak tertarik ya dengan hubungan, ah malas juga gue mikirinnya. Bagusan gue tidur aja capek.”
Suara pintu itu membuat tetangga panik, sepertinya ada suara yang sangat kencang sekali dari rumah sebelah, warga melihatnya. Begitu juga dengan Arun yang sedang mengendari motornya. Arun penasaran lalu turun, melihat seorang lelaki yang membawa kursi, kelihatannya mau memukul sesuatu. Tapi tidak ada satu orang pun yang berani melarangnya, pintu rumah itu tidak terbuka, sepertinya ada yang mengunci dari dalam.
“Eh! wanita tidak tidak tau terimakasih, keluar gak loe dari situ, sebelum gue bunuh!” Begitu kata lelaki pengetuk pintu itu.
“Mas, kenapa gak di dobrak aja?”
“Loe siapa, berani-beraninya nyuruh gue!”
“Dari pada teriak-teriak, pusing buat orang sekitar terganggu mas.”
“Eh, loe siapa ya, gue hajar loe!”