Tok, tok, tok!
Suara ketukan pintu membuatku terbangun, "Apa ini sudah pagi?" gumaman meluncur bersama kantuk yang masih menggantung di wajah.
Kriet …!
Pintu terbuka memperlihatkan seorang wanita dengan gamis berwarna biru. Dengan senyum merekah ia masuk dan berkata,"Sayang Mama berangkat sekarang, ya. Soalnya, takut ketinggalan kereta kalau siang. Sarapan udah Mama sediain, dan ini uang untuk bekal kamu selama seminggu. Irit-irit, ya!" ucap Mama seraya membelai lembut pucuk kepala dan mengecup keningku. Gumaman kembali keluar dengan senyum manis yang mengisyaratkan bahwa aku akan baik-baik saja.
Saat Mama telah sepenuhnya pergi, mataku melirik jam dinding dan ternyata sudah pukul setengah enam. Saatnya mandi, shalat, dan bersiap.
~~~~
Sekitar pukul tujuh aku sudah berada di sekolah, suasananya sudah ramai seperti biasa. Entah kenapa, saat ini mata sedikit gatal untuk mencari keberadaan Dito. Bagaimanapun, kata-kata kemarin sedikit kasar dan membuatku tidak enak.
"Hayo! Nyariin apa ?" celetuk Yuni yang entah datang dari mana.
"Kepo," jawabku seraya mengembungkan pipi. Berusaha mengacuhkan sahabat yang terkadang seperti radio rusak.
"Dih! Dito, ya?" tanya Yuni dengan senyum menyebalkan.
"Apaan, sih." Aku berjalan meninggalkan Yuni yang masih tertawa. Entah apa yang lucu.
Berjalan cepat tak menghiraukan Yuni yang terus memanggil. Rasa kesal memenuhi dada, membuatku ingin segera masuk ke dalam kelas dan menyibukan diri dengan tugas yang semalam belum dikerjakan.
"Sorry deh! Becanda doang, abisnya kamu tuh selama ini gak pernah berurusan sama yang namanya cowok dan begitu kemarin nanyain Dito … itu sesuatu banget tahu," ucap Yuni membuatku semakin kesal.
"Gak bahas Dito bisa? Aku, lagi ngerjain tugas Yun!" Tatapan tak suka secara jelas kuperlihatkan. Yuni menghela nafas dan menangkupkan tangannya di dada.