AKHIR-AKHIR ini, perasaan ingin menginjakkan kaki di tanah suci kembali menguat. Hal ini mungkin dipicu oleh kawan-kawanku para kaligrafer Cianjur yang telah magang di Arab Saudi. Satu per satu mereka pergi ke sana untuk bekerja sebagai kaligrafer. Sedangkan bagiku, bukan ingin sengaja bekerja di sana, tapi ingin menunaikan ibadah haji ke tanah suci, titik.
Tapi, bagaimana dengan tugasku sebagai pengajar? Tegakah kau, Pras, meninggalkan anak didikmu hanya untuk mengejar mimpi ingin menginjakkan kaki di tanah suci? Pertanyaan itu terlintas dalam hatiku. Berhari-hari hatiku diliputi kegalauan dan rasa bersalah jika harus meninggalkan dunia pendidikan. Namun, ada pula beberapa pertimbangan lain yang tidak bisa diabaikan begitu saja.
Kalaupun aku sudah tidak mengabdi lagi di suatu lembaga pendidikan, tidak berarti aku akan meninggalkannya sama sekali. Karena sudah menjadi komitmenku, bahwa aku tidak akan melupakan dunia pendidikan sampai kapan pun. Ayahku dulu guru dan semua saudaraku kini juga menjadi guru. Kami adalah keluarga guru. Hanya saja, kini aku ingin mencoba untuk menanggalkan predikat Pahlawan Tanpa Tanda Jasa dan menjadi Pahlawan Devisa. Bukankah keduanya sama- sama menjadi pahlawan? Aku beberapa kali menerima telepon dan sms dari kawan-kawanku di Arab Saudi. Mereka banyak bercerita tentang kesempatan beribadah haji, umroh, dan lain-lain.
Kontan saja, cerita-cerita mereka bagai magnet buatku, dan membuat tak sabar ingin segera terbang ke sana.
Mereka juga mengirim foto-foto terbaru Masjidilharam dan Kabah yang seolah-olah sedang tersenyum serta melambaikan tangannya mengajakku merasakan ke– lezatan beribadah di sana. Aku sampaikan keinginanku ini, dan mereka pun menyambut baik. Dua bulan setelah itu, aku dapat sms dari kawanku, Cepi, yang kerja di kota Zulfi Kerajaan Saudi Arabia, bahwa majikannya membutuhkan seorang kaligrafer lagi.
Inilah yang kunanti-nantikan. Mungkin dengan jalan menjadi TKI dulu aku bisa menginjakkan kaki di dua tanah suci; Makkah dan Madinah. Segera visa dari calon majikanku dikirim ke Jakarta via PT Reka yang berkantor di Jakarta Timur. Proses pembuatan paspor dan yang lainnya harus segera diurus sendiri ke Jakarta. Ternyata, di PT Reka dan di tempat pembuatan paspor di daerah Cipinang—persis sebelah LP Cipinang—para calon TKI yang mau bekerja di Arab Saudi begitu membludak.