Sebuah kitab pusaka dengan sampul berwarna hitam membuat Chen Xiang tak dapat mengalihkan pandangannya begitu ia menerima kitab itu dari tangan Liu Lei.
Yang membuat Chen Xiang begitu terkejut adalah ketebalan halaman kitab pusaka itu. Menurut perkiraannya, kitab pusaka itu terdiri dari ribuan halaman dan setiap halaman seharusnya juga berisi ribuan kata.
Entah berapa lama waktu yang ia butuhkan jika Liu Lei memintanya untuk menghafal seluruh isi dari kitab itu. Mungkin ia akan menghabiskan seluruh masa mudanya hanya untuk menghafal sebuah kitab pusaka.
“K-Kau tidak ingin memintaku untuk menghafal isi kitab itu kan, Paman?” bibir Chen Xiang sedikit bergetar karena terkejut.
“Jika tidak untuk dipelajari lalu untuk apa aku meminjamkan kitab pusaka ini? Apakah kau ingin menjadikan kitab pusaka yang sangat berharga ini menjadi bantalan untuk tidur?”
Tatapan tajam Liu Lei membuat Chen Xiang merasa kedinginan. Ia tahu jika pamannya ini sedikit tersinggung dengan ucapannya barusan.
“Kitab apa ini, Paman?” tanya Chen Xiang karena sama sekali tak ada judul pada sampul kitab pusaka berwarna hitam itu.
“Kitab itu berisi kumpulan array sihir yang digunakan selama proses pemurnian artefak. Dan, yang ada di tanganmu itu adalah kitab asli yang seharusnya hanya boleh dipinjamkan pada para Tetua Klan. Jadi, isi dari kitab ini lebih lengkap dari isi kitab salinan yang biasanya dipinjamkan pada para anggota Klan.”
Kitab salinan yang dimaksud Liu Lei adalah kitab seni pemurnian artefak yang tersimpan di rak perpustakaan Klan Liu. Kitab-kitab itu memang terlihat lebih tipis karena setiap kitab merupakan salinan dari satu bab kitab yang asli. Para leluhur Klan Liu memang sengaja melakukan hal ini agar para pemurni artefak mempelajari array sihir sesuai dengan tingkat kultivasi yang mereka miliki.
“Aku mengerti.” Chen Xiang sebenarnya telah lama mengetahui jika proses pemurnian yang dilakukan Klan Liu adalah gabungan antara seni penempaan dan array sihir.
Dengan bantuan array sihir, maka sebuah senjata pusaka yang ditempa oleh seorang pemurni artefak akan dimurnikan dari kotoran-kotoran duniawi dan membuat senjata pusaka itu memiliki kesempatan untuk menyerap kekuatan sejati dari alam lalu mengembangkan sebuah roh senjata. Inilah perbedaan yang paling mencolok dari seorang penempa biasa dengan seorang pemurni artefak.
Setelah mendengar jawaban dari Liu Lei, Chen Xiang semakin penasaran dengan isi dari kitab berwarna hitam itu. Kesempatan emas seperti ini tidak boleh disia-siakan. Ia pun segera membuka kitab pusaka itu dan mulai membacanya.
Melihat Chen Xiang yang begitu bersemangat untuk mempelajari kitab array sihir, Liu Lei tentu saja sangat senang. Namun, ia masih sedikit khawatir jika Chen Xiang akan terlalu terbawa suasana dan menjadi terlalu terobsesi. Ia pun lalu memberikan sedikit nasehat pada Chen Xiang.