Ucapan Chen Xiang yang sangat menusuk telinga itu tampaknya berhasil menyulut amarah kucing bayangan.
Tanpa berpikir panjang, kucing bayangan itu berlari dengan ganas menghampiri Chen Xiang dan kembali menyerang dengan brutal.
Chen Xiang hanya bergerak menghindari semua serangan yang mengarah ke arahnya. Ia seolah-olah sedang bermain dengan hewan piarannya karena kucing bayangan itu memang bukan lawan yang sepadan untuk dirinya.
Selain itu, ia juga memiliki niat lain yaitu menunggu momen yang tepat untuk menghancurkan keangkuhan kucing bayangan itu dengan cara mengalahkannya hanya dengan sekali serangan. Dengan begitu, kucing bayangan itu pasti akan sadar seberapa jauh perbedaan kekuatan yang dia miliki dengan lawannya.
“Sampai kapan kau akan terus menghindar! Apakah kau tak memiliki kemampuan untuk menyerangku?” ejek kucing bayangan dengan nada setengah emosi karena tak ada satupun serangannya yang dapat mengenai Chen Xiang.
Namun, Chen Xiang sama sekali tak menanggapi ejekan kucing bayangan itu dan terus fokus menghindari serangan dari kucing bayangan yang semakin bertambah cepat.
Kesabaran Chen Xiang menghadapi kucing bayangan itu ternyata membuahkan hasil. Ia dapat dengan jelas merasakan jika serangan yang dilakukan oleh kucing bayangan itu mulai melambat.
“Tampaknya kucing ini sudah mulai kelelahan. Inilah saatnya untuk mengakhiri pertarungan ini,” gumam Chen Xiang.
Chen Xiang meninju punggung kucing bayangan yang sedang melompat ke arahnya dengan sekuat tenaga.
Bang ...!
Tubuh kucing bayangan itu langsung menghantam permukaan tanah dengan keras dan meninggalkan bekas cekungan yang cukup dalam.