Setelah menjelaskan semua kebenaran, lelaki itu malah tertawa terpingkal-pingkal sambil memegang ulu hatinya yang sakit karena menahan lapar.
"Sudah, makan sana. Biar gadis ini ku obati," ujar Is Nenek.
Wajahnya bersemu merah menahan rasa malu, dia memperlihatkan bibirnya yang membentuk bulan sabit sampai kedua matanya menyipit sesuai senyumannya.
Aku mengalihkan pandanganku, terlalu bersinar terang sampai membuat mataku hampir meleleh.
"Sini, nak." Si nenek menarikku duduk dan mengambil kotak P3k di laci dekat tempat duduknya tadi. Dia memberiku Betadine, kapas beserta per ban untuk menutupi lukaku.
"Selesai!" ujarnya semangat, baru kali ini ada orang lain yang senang saat melihat orang lain sembuh karenanya.
"Namamu siapa nak? Kayaknya kamu bukan orang sini?" Nenek terus melanjutkan ucapannya karena melihatku yang hanya diam saja.
Aku tersenyum simpul saat angin mulai bersenandung di siang yang panas ini, hingga beberapa helai rambut mulai menutupi wajahku, sebelumnya aku belum pernah merasakannya, berhubungan juga rambutku memang pendek sampai di leher tapi kini aku terkejut menyadari rambut panjang itu kini menjadi milikku.
Aku memegang kepalaku sambil mengukur rambut panjang indah dan harum itu di tanganku. Syoknya bukan main, tak lupa aku mengambil benda pipih yang selalu berada di saku rok. Sambil melihat orang baru di layar ponselku yang mulai menggantikan Aya yang jelek menjadi cantik.
"Jadi? Namamu siapa nak?" Lanjut nenek itu mulai terlihat bingung.
"Ananda." Entah apa yang terjadi dalam otakku hingga menyebutkan nama itu.
"Terimakasih atas kebaikannya, aku pamit pulang!" Aku terburu-buru sampai tidak berpamitan dengan laki-laki kocak yang bernama Kijong.
Langkah yang biasanya kupakai terasa berat kini menjadi lebih ringan, lariku yang biasanya amburadul kini menjadi halus. Aku merasa seperti mengikuti kontes model di atas karpet merah bukan lari maraton seperti habis bertemu hantu.
Aku melihat bus tadi yang mogok kini mulai beroperasi, dengan mempercepat aju lariku sampai beririrngan di sampingnya. Aku menepuk bus itu untuk berhenti sampai pengemudi tadi membiarkan aku masuk.
Dengan napas yang hampir habis aku duduk menatap diriku di kaca jendela mobil, disana muncul seorang gadis cantik yang berambut panjang berponi. Bibirnya sangat kecil, matanya besar, mukanya sangat polos. Aku tidak tahu kenapa kejadian semalam terulang dengan veris yang berbeda. Apa aku bermasalah atau apa?
Yang pasti semua ini tidak masuk akal!