Kedatangan Mada tadi malam membuatku tidak bisa tidur hingga berakhir meninggal jejak lingkaran hitam di mataku. Badanku lemas karena begadang, aku hanya bisa terduduk lesuk di samping lapangan melihat Lisa dengan laki-laki yang ia temui di kafe bermain badminton.
"Kau yang ngajak, kau juga yang gak main," kata Lisa menghampiriku saat bulu yang mereka mainkan jatuh tepat di kakiku.
"Maaf," balasku memelas. Lisa terlihat seperti mengerti keadaanku, dia tidak memaksa dan malah menikmati permainan itu.
Beberapa tempat mulai di isi dengan pemain lainnya, aku yang merasa mulai ramai jadi merasa mengantuk, suara mereka terdengar kicauan burung yang merdu.
"Gak ada lawan ya?" tanya seseorang membuat perhatianku teralihkan. Aku menolah mendapati Aji bersama temannya.
Aku menggeleng lemah, dengan mata yang berusaha kubuka. Aku benar-benar malas meladeni laki-laki itu tapi dunia bahkan sengaja mempertemukan kami di saat-saat seperti ini.
Aji datang duduk di sampingku sedangkan teman-temannya pergi ke tempat duduk lain, dia menyodorkan minuman botol yang kebetulan ingin kuminum tapi tidak bisa kubeli karena uangku tidak cukup membayarnya.
"Makasih, kupikir kakak hanya suka bola," basa-basiku.
"Iya emang suka, hanya saja ingin coba olahraga ini." Dia mengatakan itu sambil melihat Lisa bermain.
Aku tersenyum kecut dan menyadari sesuatu, dia coba-coba pasti karena melihat status Lisa di Instagram tadi hingga memutuskan untuk datang.
"Ayo main berdua!" sambung Aji.
"Ah aku tidak ...."
"Ayo!" teriak Lisa semangat.
Seketika aku menoleh kaget. Disana lawan mainnya sudah duduk istirahat sambil meminum botol airnya.
Aji melihatku sebentar sambil menunjuk Lisa, aku mengangguk mengiyakan dan setelah itu dia beranjak dari duduknya menuju lapangan.
Rasanya aku ingin menghilang saja. Harga diriku seperti jatuh di permukaan laut yang paling dalam. Aku bangkit dari dudukku dan pergi. Tidak lupa aku mengirimkan chat pada Lisa dan mengatakan kalau aku tidak tahan lagi karena mengantuk. Lisa tidak akan bingung lagi soal ketikan itu karena aku sudah mengatakan sebelum bermain badminton kalau aku begadang menemani ayahku nonton bola.
Aku tidak pulang tidur melainkan naik bus entah kemana, aku ingin menjernihkan pikiran yang kelebihan kapasitas overthingking. Hatiku berkata harusnya aku tidak perlu merasa serendah itu. Tapi otakku merasa sebaliknya dia bilang kau tidak perlu berurusan dengan manusia-manusia seperti mereka. Aku tidak tahu aku yang salah atau mereka.
Seperti biasa karena tanpa tujuan aku berakhir di Los paradise. Aku tidak takut lagi, kini aku menerima segalanya. Aku masuk dalam kafe dengan penampilan yang always nyentrik saat pertama kali bertemu.