Sepanjang perjalanan menuju sekolah pikiranku tidak karuan memikirkan jaket itu, aku bahkan sampai membawanya ke sekolah untuk mengembalikan jaket yang di bilang ayah milik Mada. Tapi langkahku terhenti saat melihat gerbang sekolah tertutup.
Suara pemimpin upacara bahkan terdengar jelas dari luar. Aku mengembuskan napas kesal karena memikirkannya hingga tidak fokus dengan sekolah.
"Wah, kalian janjian ya?" tanya Boni tiba di sampingku.
"Kalian siapa?" tanyaku kaget dan mengikuti arah matanya, ternyata di belakangku ada Lisa dan Rena, mereka melambaikan tangan say hallo.
Kami berempat akhirnya berkumpul di kantin SMP samping sekolah. Sambil menunggu upacara selesai.
Lisa mulai membuka percakapan dengan menceritakan permainan badminton kemarin.
"Bisa-bisanya kalian gak ngajak kita berdua bermain!" ungkap Boni di anggukan mantap dari Rena. Aku dan Lisa hanya saling pandang satu sama lain, bingung harus menjelaskannya dari mana.
"Ya percuma juga aku ajak, kemarin kan kalian berdua liburan bareng keluarga." Lisa mengambil alih, dalam hati aku mengiyakan, mengingat status kemarin mereka di pantai dan gunung.
Boni dan Rena hanya bisa cengengesan tidak lagi menjawab.
"Lagian juga gak seru amat main, Si Aya baru datang sebentar udah pulang tidur!" Tawa mereka meledak sambil memukul lenganku tidak habis pikir.
"Kok bisa sih pulang tidur?" tanya Rena sesekali mengusap ujung matanya akibat berair karena air mata.
"Soalnya semalam temani ayahanda nonton bola!" celutuk Lisa dan lagi-lagi mereka tertawa.
"Yah aku juga gak bisa nolak," sambungku. Padahal kenyataannya ayah menyuruhku tidur.
"Gitu emang kalau gak ada kakak cowok pasti kena anak cewek," tutur Boni.
"Eh jeket itu mirip pemberian Tomi!" tunjuk Rena tiba-tiba, membuat semua mata tertuju pada jaket yang kupegang. Refleks dia membuka tasnya untuk mengetahui jaket itu masih ada di dalam atau sudah hilang.
"Oh ada," ucapannya lega.
"Tomi?!" tanya Lisa dan Boni bersamaan. Buru-buru aku menutup telinga saking besarnya suara mereka.
"Kau pacaran dengan sikutu kampret itu?" Sosor Lisa.
Rena menutup mulutnya yang terlihat seperti keceplosan sambil menggeleng kuat. "Kagak kok, cuman di kasi doang!" belanya.