Pembohong

Khasbi Abdul Malik
Chapter #3

Perpustakaan #3

“Bentar ya Ven, aku catat poin ini dulu. Biar nanti ke kos atau ke kafe tinggal ngerjain aja,” masih belum menoleh Veno. Tetap fokus tak teralihkan sementara.

“Tentu,” Veno semakin dalam terdedah di lautan asmara. Dia berbisik dalam diri, “Udah cantik, pintar, cerdas, selalu aja bikin hati gak karuan.”

“Veno. Ven, Veno. Hei… Veno,” Kenya melambaikan, dadah-dadah tangan belum Veno hiraukan. “Puk. Puk. Puk,” tepukan tangan sekali Kenya mengagetkan Veno.

“Astagfirullah,” terkagetkan. “Maap Kenya, aku gagal fokus. Lagian kamu kok bisa serajin itu ya. Bikin tambah cantik,” Veno puji Kenya spontan.

“Heleh, gombalmu Ven belum dikumbah tuh,” Kenya alihkan pujian Veno. Tak dihiraukan. “Kamu ada pembahasan apa nih? Biasanya kamu selalu ambil topik yang menarik perhatianku untuk ikut berdiskusi.”

“Tepat sekali, kamu sudah menebak. Kali ini aku ingin bahas tentang Walisongo. Pernah baca?” Menunjuk buku “Intelektualisme Pesantren” ke Kenya.

“Pernah. Itu literasiku dulu pas masih sekolah di Organisasi Islam,” Kenya mulai tertarik. Fokus teralihkan. Wajah - bola matanya semakin tajam menatap Veno. pembahasan akan segera dimulai.

“Kamu tau kan Anya, siapa perintis masuknya Islam di Nusantara?” Veno memancing intelektual literasi Kenya. Kali ini, menggunakan panggilan teman sejawatnya “Anya.”

“Walisongo, bukan,” ujar singkat Kenya.

“Betul. Sejarah banyak mencatat bahwa Walisongo perintis Dakwah Islam di Indonesia,” belum selesai Veno menjelaskan, Kenya memotong.

Lihat selengkapnya