Aku adalah seorang wanita yang menikah dengan seorang pria mapan dan dia sangat baik kepadaku. Kami selalu mengandalkan satu sama lain dan banyak orang yang mengatakan kami adalah pasangan yang sangat serasi. Namun tak ada yang tahu bahwa kami berdua adalah seorang pembohong yang handal, aku mengatakan kami handal dalam berbohong karena kami bisa berbohong bahkan kepada diri kami sendiri. Seorang pakar dikatakan sebagai ahli ketika ia bisa melakukan segalanya sendiri dan melawan dirinya sendiri, itulah yang sedang kami lakukan di kehidupan sehari-hari rumah tangga kami.
Berbeda dengan pasangan lain yang hubungan harus dimulai dari kepercayaan, hubungan kami dimulai dari satu kebohongan yang mengubah hidup kami berdua. Seperti orang bilang kebohongan kecil akan membuatmu menutupi kebohongan yang lebih besar, itu persis yang menjadi roda yang menggerakan kisah ini.
Kebohongan dilakukan karena memiliki tujuan untuk dilakukan dan tak ingin diketahui oleh orang lain, kau pun tak akan tahu sebelum orang yang berbohong menceritakannya. Hal itu juga dilakukan oleh orang yang aku lihat pertama setiap aku membuka mata di waktu pagi hari dan orang terakhir yang kulihat ketika menutup mataku di malam hari, aku terkejut waktu dia mengatakan kebenaran dan maksud dari kebohongannya tersebut.
Dia datang waktu aku dalam kondisi paling bawah dalam hidupku dan aku juga sedang tak ingin menjalin hubungan dengan pria manapun. Suatu ketika ia datang sendirian ke rumah tanpa membawa apa pun dan dia di usir oleh kedua orang tuaku karena mereka mengetahui siapa dia. Hari demi hari dan minggu demi minggu berlalu, ia datang ke rumah setiap hari Minggu walau puluhan kali ditolak oleh orang tauku.
Hari Minggu menjadi hari dimana aku selalu melihatnya dari luar jendela, terkadang ia datang tanpa membawa apa pun dan terkadang juga ia membawa buah tangan untuk keluargaku meskipun itu berakhir di tong sampah. Duduk dan hanya memandang ke rumah untuk beberapa menit tentu akan membuat orang menjadi salah paham. Itu juga yang dialami oleh kedua orang tuaku hingga melaporkannya ke kantor polisi setempat.
Penasaran dengan alasannya yang sebenarnya maka aku pun mencoba bertanya kepadanya secara langsung saat di kantor polisi, bersamaan dengan aku mencabut laporan karena aku tak ingin ia dituntut. Melakukan semua itu bukan tanpa alasan karena aku sendiri sudah mengenal lama dia.
“Kau tahu tak akan kuterima, jadi kenapa kau melakukan hal seperti itu!”