Pesta pernikahan adalah salah satu momen penting yang paling ditunggu oleh para pasangan yang ada di dunia, entah itu hanya dengan sederhana maupun yang hanya menyisakan sedikit ruang terbuka karena kemegahan pesta yang digelar. Ketika itu di hari minggu yang sangat cerah dan hari dimana seharusnya aku habiskan dengan liburan di rumah, tapi aku harus mempersiapkan mentalku untuk menghadiri pernikahan Arini yang undangannya sudah aku terima.
“Udah siap belum kamu Sya?” Mbak Retno bertanya kepadaku lewat telpon untuk memeriksa kesiapanku untuk pergi ke pernikahan tersebut karena dia akan menjemputku dan aku berangkat bersamanya menggunakan mobilnya.
“Tentu siaplah! Udah dandan cantik nih!”
“Yaudah aku mau berangkat ke tempatmu.” setelah menutup telponnya aku pun menunggunya sekitar 30 menitan dan ia pun datang dengan mobil bersama anaknya. Kami berdua pun berangkat dari rumahku sekitar pukul 10 pagi dan setelah sekitar 45 menit perjalan akhirnya kami sampai di tempat pernikahan Arini.
“Ayo cepat acaranya udah mau mulai!” Mbak Retno menyuruhku untuk segera keluar dan bergegas masuk ke tempat acara, saat berada di parkiran aku sudah merasakan kemalasan yang luar biasa karena akan mendengar omongan dari teman-teman yang mungkin akan menyerangku dengan perkataan mereka. Suara alunan musik sudah terdengar sejak kami turun dari mobil, para tamu undangan pun masih banyak yang berdatangan dan tak terlihat sedikit tamu yang hadir. Melihat orang-orang yang berdatangan tersebut aku melihat satu kesamaan yang sangat jelas, yaitu mereka datang dengan pasangan mereka atau dengan keluarga mereka. Nampaknya hal tersebut tak berlaku kepadaku yang datang bersama seorang teman yang sudah mempunyai tanda berjalan yang jelas, namun aku berusaha untuk tak menghiraukan hal tersebut seperti saat aku bekerja sebagai pembawa acara pernikahan.
Salah satu hal yang paling aku kurang suka dari hari itu adalah senyuman dari orang-orang yang datang ke acara pernikahan tersebut, sebuah senyuman yang tak terlihat tulus bagiku dan justru seperti sebuah topeng yang menutupi maksud lain. “ Bagaimana kabarmu?” seseorang mendekat ke arah kami, ternyata itu adalah Ina sang mantan karyawan dari perusahaanku yang sudah lama keluar. Ada rumor bahwa Ina keluar bukan karena kemauannya sendiri melainkan karena ia dipecat karena ketahuan menjalin hubungan terlarang dengan atasannya.
Hal yang sangat berbeda terlihat dari penampilan Ina saat itu, dulu dia terkenal dengan pakaian yang ala kadarnya dan bahkan mungkin ia bisa dikatakan tak menarik dimata para pria. Sekarang para pria tak bisa mengalihkan pandangannya saat ia lewat, mengenakan gaun merah nan seksi dan riasan yang glamor membuat para pria terpesona olehnya. “Aku baik-baik saja, wah sekarang kamu beda banget ya Na?” Mbak Retno terlihat takjub melihat perubahan yang dialami oleh Ina. Berbeda dari Mbak Retno, aku justru mengangap perubahan Ina aneh dan terkesan tak seperti seorang Cinderlla di mataku. Tak lupa ia pun menyapaku juga, aku sebenarnya tak terlalu mengenalnya karena saat itu aku hanya bekerja bersama dengannya hanya beberapa bulan saja sebelum ia keluar.
“Iya aku baik-baik saja.” Perkataan yang terlontar dari mulutku hanya untuk membuatnya lebih cepat pergi dari hadapanku, aku sendiri sebenarnya mengetahui rahasianya dan mungkin ia tak ingat akan hal itu karena dia sendiri lekas pergi meninggalkanku untuk menyapa teman-teman yang lainnya.
Aku memang dulu tak terlalu mengenal Ina, namun aku mengetahui sebuah rahasianya dan mungkin itu adalaha hal yang paling ingin ia sembunyikan. Saat itu aku baru satu bulan masuk sebagai karyawan baru, ketika aku pergi ke toilet untuk cuci muka sekaligus memperbaiki riasanku. Sebuah suara tangisan terdengar dari salah satu bilik toilet “ Maafkan aku Ma!” sebuah perkataan dibarengi dengan tangisan yang lirih dan karena penasaran akhirnya aku pun berusaha mendekat ke bilik tersebut.
Aku terkejut ketika melihat sebuah Test pack terjatuh ke bawah dan terlihat jelas bahwa itu menunjukan hasil positif, namun dengan cepat itu diambil oleh wanita yang ada di dalam toilet. Aku yang melihat reaksi tersebut akhirnya mundur dan kembali ke depan kaca, karena mungkin ia akan segera keluar dan pergi dari toilet tersebut. Tak sesuai ekspektasiku tentang penampilan wanita tersebut, karena kukira wanita yang hamil di luar nikah tersebut akan terlihat lebih seksi dan tak secupu wanita yang keluar dari toilet saat itu. Memang benar dia adalah sosok Ina itu sendiri dan entah siapa yang membuatnya hamil saat itu. Setelah kejadian tersebut Ina akhirnya keluar dari perusahaan, alasan dia keluar pun menjadi misteri dan rumor yang menyebar ke seluruh perusahaan.
Setelah mengingat peristiwa masa lalu tentang Ina, aku menyadari bahwa ada hal aneh tentang dia saat kami bertemu kembali di acara pernikahan Arini tersebut. Ia memang terasa seperti menghindari diriku dan satu hal yang aneh lagi adalah ia tak terlihat seperti seorang ibu karena sang anak pun tak terlihat, namun aku segera berusaha menyingkirkan pikiran aneh yang menghinggapiku.
“Wah bener-bener gak nyangka kalau Ina bakal berubah drastis kayak gitu, bukan begitu Ar?” Mbak Retno terlihat juga takjub akan perubahan Ina dan mengambarkannya dengan perkataannya yang dilebih-lebihkan.
“Ya siapa yang tahu Mbak.” Aku menjawab dengan sedikit pengalihan dan ambigu.