Pembohong Ulung

Rizal Syaiful Hidayat
Chapter #9

Nona or NOONA?

“Pengen tahu?” sedikit membuat penasaran Mbak Retno rasanya tak masalah, terlebih lagi dia sering meledek karena masalah percintaanku.

“Kasih tahulah! Siapa tahu aku bisa kasih saran biar berhasi.” Ketika aku mendengar perkataanya tersebut membuatku sedikit merasa senang, namun aku berencana membuatnya sedikit kesal lebih lama lagi.

“Wah, udah waktunya masuk nih, ayo balik nanti bisa kena semprot pimpinan kalau telat!” berusaha menahan senyum, aku pun berlari menuju kantor sembari melihat wajah Mbak Retno yang sedikit kesal.

“Woi … !” Mbak Retno berteriak kepadaku, namun aku tak menghiraukannya. “ Sya … Arsya …?” saat pulang pun aku tak menoleh ketika dia memanggil namaku, aku sendiri baru berencana untuk memberitahunya ke esokan harinya.

***

Hari itu adalah Jumat pagi yang cerah, aku pun berangkat kerja dengan perasaan penuh penantian untuk hari Sabtu yang akan datang. Sesampainya di kantor seperti biasa aku langsung ke kantin untuk membeli makanan kecil dan minuman ringan untuk menemani bekerja, kebetulan saat itu aku bertemu dengan Laila.

“Pagi! Baru datang?” Laila menyapaku dengan wajah datarnya dan ia langsung mengambil minuman yang ada di dalam pendingin, lalu wajahnya seketika berubah saat meneguk minuman tersebut.

“ Iya, nih langsung cari cemilan buat temen kerja! Kamu kenapa kok kelihatan ngos-ngosan gitu?”

“ Wah jalanan daerahku macet banget dan tadi aku hampir tabrakan sama pengendara motor yang lain, untung … tadi aku bisa menghindar!” Laila bercerita tentang kejadian yang menimpanya pagi itu.

“Aduh! Hati-hati kalau naik motor.” Setelah selesai membayar kami pergi ke dalam kantor bersama.

“Omong-omong katanya kamu baru dapat gebetan baru ya?” aku pun langsung tersentak ketika mendengar perkataan dari Laila tersebut, aku juga sempat terdiam sejenak. “Kenapa reaksimu begitu, gak usah kaget kali karena semua orang dikantor juga sudah tahu!” perkataannya tersebut tambah membuatku malu.

“Dari mana kau bisa tahu semua itu?”

“Grup chat lah, itu semua tertulis dan yang ngasih tahu Mbak Retno!” aku tak tahu mulut Mbak Retno se ember itu, terlebih lagi aku tak tahu kalau itu tertulis di grup chatting. Setibanya di dalam kantor orang-orang mulai melihat diriku dengan tatapan aneh mereka, tentunya aku merasa sedikit tidak nyaman saat itu dan berjalan menutupi wajahku sendiri hingga ke depan mejaku. Mungkin itu sedikit berlebihan mengingat aku bukanlah seorang selebriti papan atas, namun hal itu terjadi karena aku dikenal luas sebagai seorang wanita yang masih sendiri dan belum pernah berhubungan dengan seorang pria atau bisa dibilang aku sudah sering menjadi bahan gunjingan di kantor.

“Kok bisa jadi gini!” aku berusaha untuk tetap tenang dan berperilaku seperti biasa saat berada di meja kerjaku, tiba-tiba seseorang mencolek punggungku dan tentu saja itu adalah ‘Speaker’ yang memberitahu semuanya.

“Siapa cowok yang deket sama kamu Sya?” tanpa terlihat berasalah Mbak Retno bertanya kepadaku.

“Nanti … nanti aku kasih tahu kok, sekarang kita kerja dulu ya! Huss … huss!” dengan wajah cemberutnya ia kembali ke meja kerjanya, hari itu pun berlangsung seperti biasa sampai waktu makan siang tiba.

“Namanya siapa, orang mana dan kerja apa dia?” Mbak Retno membrondong sejumlah pertanyaan kepadaku, aku sedikit bingung untuk menjawabnya.

“Satu-satulah jangan tanya kayak gitu, aku jadi bingung kan jawabnya!”

“Namanya siapaaa … Sya?” Mbak Retno kembali bertanya dengan nada sinisnya, aku pun hampir tertawa melihatnya.

“Ok namanya Arto dan ia adalah pria yang aku temui di pernikahan Arini kemarin!”

“Ooohhh …dia to, kirain siapa!” Mbak Retno menjawab seolah-olah itu adalah hal yang sepele dan meremehkannya, namun aku rasa ia hanya iri denganku karena bertemua pria seperti Arto. Ia juga berlagak tenang dengan minum air dari botol yangn ia bawa. “Menarik-menarik, kau tahu apa yang ia kerjakan?”

“Katanya dia punya semacam bisnis online gitu sih!”

“Aku rasa kau tetap harus berhati-hati dengan pria yang baru kau temui!” Laila memperingatkanku tentang Arto, entah itu karena perasaan irinya atau memang dari pengalaman pribadinya.

“Ok makasih sarannya, tapi entah kenapa ada sesuatu yang menarik hatiku tentang Arto ini!”

“Bunga yang tak pernah disiramipun akan girang jika kau menyiraminya di siang hari yang terik! Jadi kamu harus tetap hati-hati karena banyak orang yang pintar memanfaatkan kata ‘pertama’ bagi para wanita seperti kita.” Laila kembali memperingatkanku untuk tak terlalu terbuai dan aku rasa itu ada benarnya.

Lihat selengkapnya