Saat keluar rumah sakit hari itu aku bertemu dengan orang tak terduga, Arini terlihat keluar dari ruangan Dokter kandungan. “Sya?” begitulah ia memanggilku dengan lantang, “Ngapain kamu di sini?” ia terlihat menggandeng suaminya.
“Arini?” sebenarnya aku lagi malas bertemu dengan orang yang bertabiat sebelas dua belas dengan Mbak Retno, “Aku pergi menjenguk temanku, kamu sendiri ngapain sama suamimu?” ia pasti ingin aku bertanya seperti itu, terlihat jelas dari wajahnya.
“Aku pergi ke Dokter kandungan, biasa rutinitas ibu hamil ya kayak gini.” Ia mengelus-elus perutnya sendiri
“Wah selamat… semoga menjadi anak yang bisa dibanggakan orang tua.” Entah kenapa saat itu aku kurang nyaman dengan tatapan suaminya.
“Mbak teman satu kantornya ya?” ia berusaha untuk mengajak bersalaman, namun aku tolak dengan halus. Arini pun berbisik kepada suaminya tersebut, sepertinya ia marah dengan perilaku suaminya tersebut dan ia juga menyuruhnya untuk pergi membeli sesuatu.
“Kata orang kantor kau punya pacar ya? Dan kau kenal dia di pernikahanku?” aku tak menyangka beritanya bisa sampai ke rumah-rumah, “Namanya Arto bukan?”
“Iya, tapi maaf kami berdua tak pacaran! ” Entah kenapa ia tertawa setelah mendengarku.
“ Ohh … calon suami, maafkan aku! Kenapa kau bisa berhubungan dengan berondong seperti dia?”
“Emang kenapa, gak boleh?” aku sedikit kesal dengan cara bicara Arini.
“Boleh … boleh kok, tapi aku sarankan sebaiknya kau cari orang lain. selain umur, aku rasa kau juga tak bisa mengatasi kelakuannya.”
“Itu urusanku, kenapa kau ikut repot?” aku berbicara dengan menaikkan nada suaraku karena kesal dengan Arini yang meremehkanku.
Suami Arini datang dengan sebungkus makanan dan minuman di tangannya, “Baiklah … aku mengerti ... Ayo sayang kita pergi!” dia berjalan pergi menjauh bersama suaminya, tapi berapa langkah kemudian ia berhenti dan kembali mendekat ke arahku.
“Kenapa?”
“For your information, he is my cousin,” ia berbisik di telinga kananku dan dengan senyuman sinis ia pergi, saat itu aku sadar jika Arto memang aku temui di acara pernikahan Arini. Jadi kemungkinan besar ia teman ataupun keluarganya, sayangnya aku tak terlalu menghiraukan itu. menjadi sebuah pertanyaan sendiri kenapa dia memberitahu aku hal itu, sebenarnya itu juga tidak berefek apa pun terhadap hubunganku dengan Arto.