“Kenapa, kenapa … ?” aku terkejut ketika mendengar jika Agus sudah mati.
“Aku ingin kau mendengar ini! Saat ia masih menjadi suamimu, ia datang menemuiku dan langsung bersujud di hadapanku. Dia … dia … dia mengatakan ini kepadaku!” dengan berlinang air mata Ilmi mencoba menjelaskan sesuatu kepadaku.
“Aku berhasil mengambil hatinya, dia bilang kalau menyukaiku. Kau tahu kalau itu tidak seharusnya terjadi bukan? Tolong bantu aku untuk pergi dari sisinya, tolong!” Ilmi menceritakan bagaimana August memohon kepadanya.
“Dia memohon sambil menangis untuk membantu kebohongannya, jadi sebenarnya dia tak pernah selingkuh sekalipun!”
“Apa maksudmu? Aku ingin kau menjelaskannya dari awal!” aku mulai gemetar dan gugup, ingin tahu semuanya karena mungkin saja aku selama ini salah.
“August sendiri sudah jatuh cinta kepadamu jauh sebelum kau mengenalnya, dia bilang pernah bertemu denganmu saat acara pernikahan dimana ia menangis karena telah mendengar vonis penyakitnya. Dia bercerita kepadaku kalau ada seorang wanita yang sangat baik menanyakan keadaannya, itu sangat berarti untuknya. Tak hanya itu ia kembali bertemu denganmu saat kau hampir kecelakaan di jalanan, lalu dia bilang kepadaku kalau bertemu dengamu lagi maka sudah pasti dia akan menikahimu.”
“Hidupnya hanyalah untuk Ibunya, itu adalah gambaran kehidupan August sebelum bertemu denganmu. Saat ibunya sakit, ia berusaha untuk menutupi biaya pengobatannya dengan bekerja hampir 12 jam sehari; pelayan, pencuci piring dan bahkan kuli bayaran pernah ia lakukan. Di tambah lagi ia masih harus belajar untuk persiapan ujian CPNS, karena itu keinginan ibunya dan ia pun harus rela mengubur impiannya. Maka tak heran kelelahan sering menyerangnya dan pada akhirnya ia menderita penyakit kronis yang menyerang livernya.” Hatiku mulai tersayat dengan kepingan cerita dari Ilmi tersebut.
“Suatu hari Dokter bilang jika mungkin saja ibunya tak akan bertahan lebih lama lagi dan menyuruhnya untuk mempersiapkan diri. Saat itulah ibunya mengutarakan keinginan untuk melihat August menikah sebelum ia pergi, tentunya August pun berusaha untuk memenuhi keinginan ibunya tersebut.”
“Akhirnya dia meminta ke tetangganya untuk mencarikan jodoh, hingga pada akhirnya ia di jodohkan dengan temanmu yang bernama Lena. Namun siapa sangka ia justru bertemu dengamu lagi, karena sangat senang ia akhirnya berusaha mendekatimu dengan agersif dan di sisi lain juga karena ia merasa tak punya banyak waktu lagi.” Akhirnya aku tahu kenapa ia langsung melamarku meski baru saja bertemu tiga kali.”
“Ia sangat menyukaimu karena sadar kau tidak menyukainya, ia juga membuat syarat konyol seperti membuatnya untuk jatuh cinta kepadamu karena ingin mengatakan secara tidak langsung untuk menjaga jarak darimu. Nikah untuk cerai memang sudah diputuskan sejak tangannya mengetuk pintu rumahmu, meskipun ingin merasakan cinta darimu ia tak ingin mengambil hatimu!”
Tentu ada saat ia ingin mengatakan semuanya kepadamu dan mengahadapi semua rintangan bersama dengan cinta sebagai tamengnya. Namun saat kau mengatakan menyukainya, ia justru menangis karena takut kau akan sengsara karena kepergiannya nanti.” Air mata mulai mengalir dari kedua kelopak mataku.
“Kau tahu apa yang terjadi saat ia menghilang hampir satu bulan lebih? Dia dirawat di rumah sakit dan hampir mati, tapi karena ingin mengakhiri semua untukmu dia memaksakan diri untuk pulang.”
“Setelah cerai denganmu, ia dirawat di sebuah rumah sakit kecil menunggu kematiannya. Aku terkadang datang untuk mengantarkan segala kebutuhannya sekaligus menjenguknya. Sebenarnya berulang kali aku sudah membujuknya untuk mencari donor lain, tapi ia benar-benar tak mau karena banyak orang yang lebih membutuhkan darinya.
Dia adalah teman paling tahu kesusahan temannya, dia bahkan membantu bisnisku yang hampir bangkrut dengan memberikan sejumlah uang. Lalu suatu hari dengan berlinang air mata ia kembali meminta bantuanku, “
“Bukankah aneh jika aku memintamu untuk menikahi Arsya? Aku hanya ingin ada yang mencintainya dan menjaganya di sisa hidupnya, aku akan sangat bahagia jika dua orang yang aku sayangi saling menjaga satu sama lain. ”
“Dia mengatakannya sembari tersenyum dengan air mata berlinang di kedua matanya, aku hanya bisa membalasnya dengan mengangguk dan tersenyum kepadanya. Lalu tepat pada tanggal 3 Agustus atau tiga bulan setelah cerai darimu ia pergi meninggalkan dunia, itu juga pada tanggal yang sama kemarin aku menangis karena teringat dengan dirinya.
“ Ia meninggalkan semua asetnya atas namamu dan aku yang disuruh untuk menyerahkannya, itu juga yang membuat Bude Rani ke sini karena baru saja mengetahui masalah tersebut! Uang yang kau pinjam waktu itu adalah miliknya … tidak, sebenarnya semuanya yang ada di sini ada karena hasil kebaikannya kepadaku!”
“Jadi yang ingin aku katakan dari semua itu adalah … meskpun ia tak melihatmu, tapi ia memperhatikanmu … meskipun ia tak mendengarmu, ia melakukan segalanya untukmu … meskipun ia berbohong kepadamu, ia jujur di belakangmu! Maaf, dia benar-benar mencintaimu lebih dari dirinya sendiri!” aku yang mendengar semua itu tak bisa menahan hatiku yang hancur, melihat bagaimana di diperlakukan olehku dan oleh keluargaku seperti seseorang yang hina hingga aku yang teringat telah menamparnya dengan keras. Itu benar-benar membuat hatiku sakit ketika membayangkannya, hingga pada akhirnya aku pingsan dan dibawa ke rumah sakit.
Aku bermimpi kembali ke masa saat aku bersama August; aku melihatnya tersenyum saat melihatku di restoran, aku melihatnya tersenyum saat aku berbalik pulang ke rumah setelah nonton film bersamanya, aku melihatnya tertawa saat aku ketakutan melihatnya buka baju, aku melihat tertawa terbahak-bahak saat aku malu dan masuk ke kamar karena salah beli jersey, aku melihatnya kesakitan saat tidur di sampingku, aku melihatnya mengecup keningku saat ia bangun dari tidurnya, dan yang paling membuatku hancur adalah saat aku melihatnya berdiri di depan rumahku setelah aku menamparnya dengan keras lalu meninggalkannya.