Pembunuh di Sekolah

Danna
Chapter #1

Bau Darah

Erin masuk ke dalam gang yang menuju sekolahnya. Tangan kanannya memegang handphone dan ia tempelkan di telinganya. Ia sedang menelepon seseorang.

“Iya, harus sekarang. Bisa-bisa uang itu hilang kalau gak gue ambil,” ucap Erin pada orang yang ada di seberang telepon.

Di waktu yang hampir magrib ini, Erin datang ke sekolah untuk mengambil uangnya yang tertinggal. Jumlah uang yang tertinggal bukanlah sedikit. Jadi, ia takut kalau uang itu hilang kalau ia biarkan saja.

“Setidaknya sampai gue keluar dari sekolah ini, lo tetep telponan sama gue, yah?” Nada memelas keluar dari mulut Erin. “Gue kesepian kalau Cuma sendirian ke sekolah.”

“Iya, iya. Cepet lo ambil uang itu terus pulang. Sebentar lagi waktu magrib.”

Erin berjalan cepat. ”Iya, gue tau. Siapa juga yang mau lama-lama di sini.”

“Hati-hati, loh. Waktu maghrib biasanya banyak yang berkeliaran.”

“Kurang ajar lo. Awas aja lo di sekolah nanti.” Erin jadi sedikit merinding setelah mendengar perkataan tamannya. “Gue kuat iman, jadi gak ada hantu yang berani dekatin.”

“Yah, terserah lo aja.”

“Gue serius ini. Gue gak takut han—” Perkataan Erin terhenti ketika ia tidak sengaja menabrak seseorang.

Erin terjatuh dan orang itu hanya tersenggol, tapi tas yang ia pegang terjatuh di dekat Erin.

”Astaga, maaf, pak.” Erin mengambil tas itu dan memberikan pada orang itu. “Saya gak sengaja.”

Melihat dari tinggi orang itu, Erin menganggap orang itu adalah seorang pria. Ia tidak bisa memastikan karena orang itu memakai baju yang tebal dan juga memakai topi dan masker. Hanya bagian matanya saja yang terlihat.

Orang itu hanya mengangguk dan berlalu pergi. Dilihat dari arahnya, ia baru saja keluar dari sekolah.

Handphone Erin yang tadi terjatuh ia pungut dan bersihkan dari sisa tanah. Saat itu dari tangannya ia mencium bau darah yang baginya cukup kuat. Erin memastikan dengan mendekatkan telapak tangan pada hidungnya.

Benar saja, bau darah semakin tercium. Ia memperhatikan kedua tangannya. Teringat kalau tangan ini tadi memegang tas yang orang itu bawa.

“Bau darah,” gumam Erin. Ia melanjutkan perjalanannya dan tidak berpikir panjang tentang bau darah yang menempel padanya. Mungkin saja orang itu terluka di bagian tubuhnya dan oleh karena itu berbau darah. Juga bukan urusannya apakah orang itu terluka atau tidak. Sekarang yang lepih penting adalah uangnya.

Akan tetapi, tanpa Erin sadari orang itu mendengar perkataan Erin. Ia menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Erin yang berjalan semakin jauh. Orang itu hanya diam saja di tempat.

Terus-terusan memperhatikan Erin.

Orang itu mencium tasnya. Memang ada bau darah, tapi tidak terlalu terasa. Bagaimana bisa seorang anak seperti dia menyadari bau ini?

Orang itu membuka tasnya dan mengambil sebilah pisau yang masih tersisa bekas darah. Tujuannya yang tadi untuk keluar sekolah sekarang berbalik untuk datang pada remaja perempuan itu.

***

Erin membuka gerbang sekolahnya dan kemudian masuk tanpa menutup gerbang itu. Karena gerbang ini tidak dikunci itu berarti pak Budi ada di sekolah. Pak Budi adalah seorang lelaki tua umur 60 tahunan akhir yang bekerja sebagai penjaga sekolah.

Erin mengecek teleponnya dan ternyata masih tersambung ke panggilan. Ia mengaktifkan tombol speaker dan mendengar ocehan dari temannya.

“Dari tadi gue panggil gak dengar lo, yah?”

“Ya, maaf. Tadi gue gak sengaja nabrak orang. Jadi jatuh Hp gue.” Erin menjelaskan dengan tenang.

“Gue kaget tau gak? Gue kira lo kenapa-kenapa.”

Erin tertawa mendengar ucapan temannya. “Gak, kok. Gak ada yang terjadi.”

Erin masuk ke dalam sekolah menuju kelasnya. Sambil berbicara bersama temannya ia berjalan melewati koridor yang sepi. Karena waktu yang hampir magrib, tempat ini mulai terasa gelap.

Erin rasa pak Budi lupa untuk menghidupkan lampu di sekolah.

Ia menuju ke kelas XII IPA 1 yang ada di lantai dua. Sekolah ini terdiri dari tiga gedung. Pertama ada gedung IPS yang berada di bagian kiri, gedung IPA di bagian kanan, dan gedung yang di tengah adalah gedung keperluan seperti lab atau gudang. Sekolah ini membentuk huruf U.

Masuk ke dalam kelas ia langsung berlari ke mejanya. Ia mengecek bagian laci mejanya dan ternyata uangnya masih ada. Erin bisa bernapas lega sekarang.

Ia kantungi uang itu dan segera keluar dari kelas. Turun dari tangga ia merasakan sesuatu.

Lihat selengkapnya