Pembunuhan sang Ratu

Dimas Adiputra
Chapter #3

Tiga

Kesaksian Kuncoro Sapto Aji (auditor internal Citra Finance Yogyakarta)

Kuncoro memasuki ruangan dengan kepala tegak. Dia merasa percaya diri bisa membantu polisi mengulik misteri atas kematian salah seorang rekan kerjanya. Terlebih proses interogasi bukan sekali dua kali pernah ia jalani. Pekerjaannya sebagai auditor membuatnya sering memeriksa orang-orang yang diduga menyeleweng dari aturan. Yang berbeda hanyalah kini ia masuk sebagai pemberi informasi, bukan sebagai investigator.

Selain itu, Kuncoro yakin bisa menjawab semua pertanyaan polisi. Berkat cerita para karyawan yang lebih dulu masuk ke ruang dealing, ia menduga polisi mencurigai rekan kerja Ratu sebagai pelakunya. Polisi banyak bertanya mengenai konflik diantara Ratu dengan para karyawan. Juga menyelidiki alibi masing-masing tamu setelah acara. Untungnya setelah pesta perpisahan Ratu usai, Kuncoro selalu bersama kekasihnya. Polisi tidak memiliki alasan untuk mencurigai dirinya.

 “Kalau alibi Anda sesuai, maka tidak ada yang perlu dirisaukan,” Ayu Widya menutup sesi tanya jawabnya terhadap Kuncoro.

Seperti dugaan sebelumnya, polisi tersebut tidak mencurigainya. Jawaban yang terlontar dari mulutnya sangat meyakinkan. Kuncoro mengangguk dengan senang. “Apakah ada lagi pertanyaan untuk saya?”

Melihat tidak ada yang bisa dicurigai dari sosok tersebut, Ayu Widya mencoba menggali informasi baru. “Dalam kacamata Anda sebagai seorang auditor, dimana Anda dituntut peka tehadap aktivitas sekitar, apakah Anda melihat ada yang aneh dari seorang Ratu akhir-akhir ini? Mungkin dia murung, merasa terancam, tidak tenang, dan sebagainya?”

Kuncoro mencoba mengulik ingatan terdahulu. “Menurut saya tidak ada yang aneh dari sikap Ratu akhir-akhir ini. Justru semenjak dinyatakan lulus tes, dia sangat gembira.”

“Apa Anda tahu alasan Ratu mengikuti tes CPNS? Bukankah penghasilannya selama ini cukup menjanjikan?”

“Alasan pastinya saya kurang tahu. Tapi Ratu benar-benar bertekad bisa lolos dalam seleksi tahun ini. Ratu mempersiapkan dirinya dengan sungguh-sungguh. Seingat saya, tes tahun ini merupakan percobaan kedua. Tahun sebelumnya dia gagal. Mungkin sudah menjadi cita-cita Ratu sejak lama untuk menjadi pegawai pemerintah.”

“Baiklah,” lanjut Ayu Widya. “Kalau dari hasil kerjanya sendiri, pernah ada anomali?”

“Tidak ada laporan pelanggaran berat dari bagian operasional sampai detik ini.”

“Bagaimana cara Anda menemukan pelanggaran dari para karyawan?”

“Sehari-hari kami bertugas memeriksa kepatuhan para karyawan atas aturan perusahaan. Semisal jika terkait operasional, saya mengecek apakah proses stock opname sudah dilakukan dengan benar, apakah kasir selalu melakukan tutup buku pada jam yang ditentukan, dan sebagainya. Jika berkaitan dengan proses survei kelayakan kredit, kami melakukan pengecekan acak, seperti apakah surveyor benar-benar bertanya pada lingkungan sekitar saat proses survei, apakah dalam memberikan rekomendasi kredit seorang analis sudah menggunakan tools yang diwajibkan dalam aturan.”

Ayu Widya mengangguk paham.

“Terima kasih atas informasinya, jika ada informasi penting lagi harap menghubungi saya,” Ayu Widya menyodorkan kartu namanya. “Informasi sekecil apapun itu mungkin sangat berarti.”

Kuncoro keluar dengan wajah puas.

*

 

Kesaksian Siwi Mayang (staf bagian operasional Citra Finance Yogyakarta)

Ayu Widya tertunduk lesu saat membaca ulang catatannya. Dia sudah menandai beberapa hal yang mungkin berkaitan dengan kasus yang sedang diselidiki. Juga hubungan antara korban dengan rekan-rekan kerjanya. Namun ia belum bisa menghubungkan informasi-informasi itu sebagai motif untuk membunuh Ratu.

Kepolisian belum bisa mempersempit orang-orang yang masuk dalam daftar. Perampokan disertai pembunuhan bisa dilakukan oleh siapa saja, meskipun dalam kasus ini kecurigaan polisi mengarah pada seseorang yang dikenal korban. Tapi kemungkinannya masih samar, bisa saja saat itu korban menerima tamu yang belum dikenalnya. Melihat korban tinggal sendiri, pelaku bisa dengan mudah melancarkan aksinya saat datang kesempatan.

Ayu Widya hanya bisa berharap tim reserse kriminal yang dipimpin Iptu Sasongko menemukan petunjuk penting di TKP. Dengan informasi yang dihimpun di sekitar rumah korban, mereka berharap bisa mempersempit ruang penyelidikan.

Sesekali dipandanginya jarum pada alat penunjuk waktu di pergelangan tangan. Masih beberapa jam lagi sebelum nanti tim forensik akan datang dan meminta sidik jari dari para karyawan yang datang pada acara perpisahan Ratu. Sebelum kedatangan mereka, kantor inilah tempat bagi Ayu Widya mencoba memperoleh petunjuk awal.

“Sepertinya polisi belum bisa menemukan petunjuk berarti,” Siwi berkata setelah serangkaian tanya jawab berlangsung. Dari cara Ayu Widya memberikan pertanyaan dan memberi respon, Siwi menebak polisi tersebut dilanda kejenuhan. Raut putus asa juga sesekali terlihat.

“Apa karena semua orang berkata mengenai kebaikan Ratu saja?” tanya Siwi lagi. “Jangan percaya mentah-mentah kesaksian mereka. Sebenarnya Ratu tidak sebaik cerita orang-orang.”

“Informasi apa yang Anda miliki?” Ayu Widya mengangkat kepala supaya pandangan mereka saling bertemu.

“Ada banyak hal yang tidak disukai dari sosok Ratu. Sebagai atasan, dia kurang peka terhadap para stafnya. Perintahnya menjadi sebuah keharusan. Tidak boleh dibantah,” Siwi mengambil jeda. “Seperti Minggu kemarin, tiba-tiba dia menyuruh kami untuk datang lebih cepat. Gara-gara itu saya jadi bertengkar dengan suami.”

“Bisa Anda jelaskan lebih rinci?”

“Rencananya saya akan datang pada acara perpisahan Ratu bersama suami dan anak. Meskipun enggan, karena Ratu adalah atasan langsung, saya merasa harus memenuhi undangan darinya. Saat sedang bersiap, tiba-tiba muncul pesan dari Ratu yang menyuruh kami untuk datang sekarang. Mau tidak mau saya harus bergegas. Dengan terpaksa saya meninggalkan suami dan anak di rumah.”

“Mengapa tidak mengajak mereka pergi bersama?”

“Perasaan saya tidak enak. Dari pesan yang Ratu kirimkan, sepertinya dia akan banyak memerintah setibanya di sana. Saya tidak ingin keluarga saya duduk bosan menunggui saya. Terlebih mereka akan tahu jika selama ini ternyata istri dan ibu mereka diperintah selayaknya seorang babu.”

Panjang lebar Siwi bercerita bagaimana cara Ratu menggunakan kekuasaannya sebagai atasan. Mulai dari tekanan kepada para staf operasional supaya meraih penilaian bagus melebihi parameter KPI, sulitnya memperoleh izin saat berhalangan masuk, juga perintah-perintah lain yang tidak masuk akal.

“Kelakuannya semakin menjadi-jadi belakangan ini. Semenjak waktu seleksi tes CPNS semakin dekat, para staf operasional terpaksa mengerjakan tugasnya. Apalagi Wening dan Hesti. Dua orang itu yang paling kerap diperintah dan juga menjadi sasaran kemarahan Ratu.”

“Jadi menurut Anda ada bawahan yang mendendam pada Ratu?” Ayu Widya mencoba mengambil kesimpulan dari serangkaian panjang penjelasan Siwi.

“Bisa jadi. Banyak orang yang sebenarnya tidak suka padanya. Teman-teman hanya enggan menunjukkannya.”

“Itu berarti Anda seharusnya juga patut dicurigai.”

“Silahkan saja. Tapi saya langsung pulang setelah acara. Saya harus memberi penjelasan pada suami. Setelahnya kami jalan-jalan bertiga bersama anak. Nah, bukankah untuk membunuh Ratu, saya harus kembali ke rumahnya? Sementara sejak Minggu sore saya terus bersama keluarga.”

Ayu Widya tidak mendebat pernyataan itu. Saksi yang duduk di depannya tampak sudah mempersiapkan diri sebaik mungkin. Sebenci apapun sosok ini kepada atasannya, dia memiliki alibi yang sempurna. Tentu setelah kepolisian mengecek kesaksian tersebut.

“Lalu apakah belum lama ini korban membuat sesuatu yang menjengkelkan hingga memantik amarah dari rekan kerja yang lain?” tanya Ayu Widya lagi.

Siwi merasa umpannya telah dimakan. Sudah sejak tadi ia berharap polisi akan menanyakan hal ini. Maka tanpa pikir panjang ia langsung menyambar. “Baru-baru ini dia memberitahu siapa yang dipilihnya meneruskan tongkat estafet sebagai kepala bagian operasional. Dia memilih Hesti.”

Ayu Widya mencocokan nama yang disebut dengan daftar nama tamu yang datang ke pesta. Ia menemukan nama ‘Hesti’ sebagai karyawan yang hari ini tidak masuk karena sakit. “Lalu, apa yang menjengkelkan dari pilihan tersebut?”

Lihat selengkapnya