Pemburu Angkasa

Aldrin Ali Hamka
Chapter #5

Jahitan

Sudah tiga minggu, bekas paku karatan itu membentuk sebuah nganga kawah gunung berapi. Hanya karena paku tripleks kecil yang terakhir kali menancap, justru membuat kakiku bermasalah. Di sekitar lubang itu, kulit mengeras, menebal, dan semakin lama semakin melebar. Pencarianku di internet tak terbukti, bahwa itu adalah gejala tetanus, melainkan Verucca plantaris yang disebabkan oleh virus papilloma. Rupa-rupanya, virus itu menyelinap tembus melalui luka. Kini, aku menyesal, tidak akan meremehkan lagi hal-hal sepele tentang kesehatan.

Jika nganga itu tergencet, nyeri bukan main. Dari kaki merambat hingga kepala ngilunya. Dokter menyarankan operasi ringan, merekapun mengganjarku enam jahitan. Kini, jalanku berjinjit, setengah pincang. Tak memungkinkan berlari lagi untuk berangkat sekolah. Setidaknya, sampai lukaku sembuh.

Celakanya, besok lusa, Ucup mengajak kami mendaki gunung Arjuna. Kecil kemungkinan kakiku sembuh dalam dua hari. Bowo, Dede dan Effendi semangat untuk bergabung. Aku tak peduli, ini kesempatan pertama mendaki Arjuna, aku harus ikut. Apapun risikonya!

“Bagaimana kau bisa ikut?” timpal Bowo, “Sembuhkan dulu kaki busukmu itu!”

 Dalam markas, Effendi sibuk membersihkan, menyogoki selang kompor butana Cap Kupu-kupunya yang sering macet itu, ia tak begitu peduli.

“Kata siapa? Aku sehat, tak ada masalah!” Akupun berdiri, lalu mondar-mandir di hadapan Bowo, Ucup dan Dede, “Lihat, bisa berjalan normal, kan?”

Sebetulnya, kutahan pedih bekas operasi kemarin. Tak ada cara lain selain berpura-pura, bahwa kakiku tak bermasalah. Mungkin, mereka akan bermurah hati, mengijinkanku bergabung untuk mendaki.

Lihat selengkapnya