Sebuah tangisan anak kecil yang ketakutan akibat desanya yang didatangi oleh segerombolan orang jahat yang datang mengobrak-abrik rumah-rumah warga untuk mencari benda yang disebut Artefak, Sebuah benda bersejarah yang dicari-cari orang jahat maupun kolektor untuk diperjual belikan namun diantara Artefak itu ada beberapa Artefak yang memiliki kekuatan mistis yang sangat diinginkan oleh penjahat.
"Tolong selamatkan aku!" teriak seorang warga penduduk desa yang mendapati tubuhnya terbakar sambil berlari-lari meminta pertolongan kepada warga yang lain.
"Hahaha... Bakar habis desa ini dan penduduknya jangan sampai ada yang lolos," kata seorang yang terlihat berbadan besar menyuruh anak buahnya membakar desa itu.
Gerombolan penjahat itu kecewa setelah tidak menemukan Artefak yang mereka inginkan, karena menurut kabar yang mereka terima beberapa hari yang lalu seorang laki-laki menemukan Artefak yang mempunyai kekuatan magis.
Muncullah sosok pemuda berambut merah bermata menyala seperti api yang membara, menggunakan senjata seperti senjata anak panah namanya adalah Yudhis, Melihat kondisi desa ini mengingatkannya kejadian disaat dia seusia anak-anak yang menangis karena orang tuanya telah mati di bantai oleh gerombolan penjahat para pemburu Artefak sepuluh tahun yang lalu.
Pemuda berumur 19 tahun itu melukai beberapa penjahat dengan anak panahnya ada yang terkena kaki dan tangannya akibat bidikan serangan denjata panah dari Yudhis, dengan pakaian tahan api miliknya Yudhis menerjang kobaran api dan menyelamatkan beberapa anak kecil dan juga orang tua untuk di bawa ketempat yang aman dari api.
Salah satu pemimpin gerombolan penjahat yang bertubuh besar itu dibuat kaget dengan sosok Yudhis karena dia adalah salah satu orang yang dicari-cari sebagai pembasmi penjahat yang ingin menguasai Artefak dan ikut merampasnya, dengan perawakan rambut merah yang menjadi ciri khasnya.
"Si rambut merah, Pemuda ini harus diwaspadai karena dia juga pengguna Artefak magis bagaimana dia berada di desa ini aku harus pergi segera karena dia cukup hebat," pikir Pemimpin berbadan besar penjahat itu sedikit panik dengan kemunculan Yudhis yang berkharisma itu.
"Jadi kau pemimpin penjahat di wilayah ini, Hei ketahuilah aku duluan sudah datang kesini dan aku juga sudah mendapatkan apa yang kamu inginkan," ujar Yudhis sambil merogoh sesuatu dari kantong celananya.
"Apa kau bilang! Kau tidak tau aku adalah Brotoseno orang yang akan membunuhmu hari ini!" teriak orang berbadan besar itu.
"Namamu jelek, seperti orangnya besar dan terlihat seperti orang bodoh coba kita liat apa kehebatan dari Artefak baru yang kumiliki ini," kata Yudhis sambil memakai satu anting yang dimilikinya berwarna merah di telinga kanannya.
"Itu Artefak Magis yang kucari Anting Adipati Karna dimana kau mendapatkannya?" tanya Brotoseno kepada Yudhis.
"Ah... Itu aku mendapatkannya dari orang tua yang ketakutan karena ulahmu barusan makanya jangan main bakar seenaknya saja itu membuat orang-orang takut," kata Yudhis sambil memakai dan memamerkan anting berwarna merah itu kepada Brotoseno dengan tingkah konyolnya.
Mendadak penglihatan Yudhis menjadi sangat tajam dia mampu melihat kelemahan musuhnya, Yudhis dengan kemampuan bertarungnya memukul dan menendang Brotoseno hingga terhuyung-hunyung sampai jatuh ternyata Yudhis bisa melihat keadaan musuh dengan kemampuan magis Artefak anting itu selain inderanya menjadi tajam juga membuat dia bisa melihat kelemahan musuhnya.
DHUAK...BHUAK...
Tubuh besar Brotoseno dipukuli dengan cepat gerakan Yudhis sangat lincah barusan dia berada didepan namun tiba-tiba berada di belakang dengan cepatnya.
"Badanmu saja yang besar tapi kekuatanmu lemah," ledek Yudhis sambil terus memukul kaki belakang musuhnya.
"Kurang ajar! Aku adalah orang yang memiliki kekuatan seekor gajah kamu akan mati kulumat sampai hancur!" Marah Brotoseno berusaha bangun dari jatuhnya.
"Ternyata kegunaan anting ini mempertajam indra penglihatan dan juga pendengaran sungguh hebat, aku seperti dapat menebak serangan lawanku selanjutnya, tidak sia-sia aku melatih tubuhku selama sepuluh tahun terima kasih guru sekarang saatnya aku gunakan jurus pamungkasku," ujar Yudhis sambil kembali menyambut serangan Bratosena dengan tinjunya.