Di sebuah ruangan kamar penginapan dimana ada cahaya lilin yang sudah mulai padam, Yudhis terbangun keesokan harinya dan mendapati tubuhnya setengah telanjang dia tidak menyadari terkena Sirep hingga tertidur pulas semalam dan melihat kedua benda Artefak miliknya hilang.
"Celaka aku lengah semalam siapa yang berani mencuri pakaian dan juga senjataku," kata Yudhis terlihat sangat kesal.
Yudhis melaporkan kehilangan kepada pemilik penginapan disana, Namun rupanya tidak hanya Yudhis semua yang menginap juga mengalami kejadian yang sama benda milik mereka dicuri oleh penjahat, Yudhis akhirnya mengeluarkan kemampuan mata apinya yang menyala, Ternyata Yudhis masih memiliki kemampuan unik yang hanya diketahui oleh guru dan juga paman gurunya.
Artefak Mata Dewa Surya dimana kemampuan dari Artefak magis itu pernah di berikan kepada Yudhis ketika dia masih kecil, Yudhis mengalami kebutaan namun berkat kemampuan magis Artefak itu mata Yudhis kembali pulih namun dengan resiko dia akan menampung api di dalam matanya untuk penglihatannya, Sementara Artefak Mata Dewa Surya ini yang sesungguhnya berada di tangan gurunya untuk dijaga agar Yudhis selalu terlindungi dari penjahat yang menyerangnya secara diam-diam.
Dengan kemampuan kedua matanya Yudhis dapat melihat kejadian malam pencurian itu, Ada dua orang yang mencuri dan mereka bergerak kearah selatan, dan mereka juga memiliki Artefak mistis lainnya di tangan mereka.
"Benar-benar hebat salah satu kemampuan mata ini, Tapi aku harus cari pakaian pengganti sebelum aku mencari mereka aku rasa kudaku tidak dicuri oleh kedua orang itu dan mereka pasti belum jauh," pikir Yudhis sambil bergegas mencari pakaian pengganti.
Yudhis mengendarai kudanya dengan cepat untuk mengejar kedua orang penjahat yang sudah meninggalkan desa sebelumnya, Yudhis juga yakin mereka sudah memperoleh Artefak yang mereka cari sebelumnya di desa itu.
Desiran angin dan tiupan daun yang berguguran membuat Yudhis sangat penasaran dengan kedua orang yang telah menyirepnya semalam.
Keduanya sedang beristirahat setelah mengambil barang berharga di penginapan dan juga memandangi Artefak yang mereka dapatkan.
"Sebentar lagi kita akan sampai Rong, Aku sudah tidak sabar menyererahkan keempat Artefak yang kita dapatkan ini," kata Januar yang memegangi pakaian Dewa Api Agni.
"Kita sebaiknya bergegas Jan aku rasa kuda kita sudah siap untuk melanjutkan perjalanan lagi karena setelah menuruni tanjakan jalan dan sungai kita akan sampai di rumah Ki Ageng Susno," jawab Larong dengan pakaian hitamnya.
Ketika keduanya mau berangkat tiba-tiba Yudhis sudah berada disana dengan memotong jalan bersama kuda hitamnya yang sudah terengah-engah.
"Kembalikan barangku yang kalian berdua curi, Baru kali ini ada orang yang berani menelanjangiku malam-malam," seru Yudhis terlihat kesal.
"Bagaimana bisa dia mengejar kita yang sudah pergi dari semalam?" kata Larong bertanya-tanya.
"Tidak ada cara lain kita habisi saja orang itu," ujar Januar sambil menggunakan senjatanya untuk menyerang Yudhis.
Yudhis turun dari kudanya dan mengajak keduanya berkelahi Larong dan Januar menggunakan kedua belati mereka masing-masing dan mereka berdua sudah terbiasa menyerang musuh namun kali ini musuhnya adalah Yudhis yang sudah dibekali kekuatan bertarung oleh gurunya, beberapa tinju Yudhis berhasil mengenai Larong dan juga Januar hingga kewalahan.
"Siapa diantara kalian yang menyirepku?" tanya Yudhis.
"Itu adalah kemampuanku," jawab Larong secara spontan menjawab.
"Berarti yang satunya yang menelanjangiku!" marah Yudhis sambil menendang Januar.
Bhua... Dhuess... Dhuak...
Tendangan keras Yudhis mengenai Januar dengan telak, Larong masih berupaya mengambil salah satu dari Artefak magis dan menggunakannya.
"Akan kuhabisi kau dengan Artefak ini," kata Larong dengan Artefak magis cincin yang diambilnya.
Cincin permata biru itu mengeluarkan air dari Kekuatan Dewi Gangga, Air sungai menyerang Yudhis dan membuatnya kewalahan karena mendadak keluar dari cincin itu.
"Akan kulawan dengan mata apiku," pikir Yudhis menggunakan matanya yang berapi-api.
Akan tetapi kekuatan keduanya hampir seimbang sementara kedua orang itu sudah lari dari tempat pertarungan.
"Ukh, Sial mereka melarikan diri dengan membawa buntalan Artefak tadi," batin Yudhis terlihat kecewa.
Larong dan Januar berlari untuk segera sampai ke rumah Ki Ageng Susno yang merupakan salah satu kolektor benda Artefak mereka menerobos hutan dan semak belukar serta sungai kecil dengan berlari menghindari kejaran Yuhis.
"Ternyata orang itu masih menyimpan kekuatan Artefak di matanya, kalau tidak salah itu kekuatan dari Mata Dewa Surya yang ditanamkan oleh orang lain ketubuhnya hanya lewat itu kekuatan dari Mata Dewa Surya bisa digunakan," kata Larong sambil mengajak Januar.