Yudhis tiba di sebuah kota kecil dimana dia melihat seorang gadis yang pernah dia kenal dulu ketika dia masih kecil di desanya, Yudhis bisa mencium aroma wangi tubuh gadis itu karena wanginya seharum bunga, setelah menitipkan kuda hitamnya ke penitipan kuda di kota itu, Yudhis berjalan dengan santai menikmati pemandangan kota kecil itu dan juga mencoba mencium kembali wangi yang masih menempel di udara itu dan melihat serta mengikuti kemana langkah kaki gadis itu berjalan ke arah pasar dimana banyak pria hidung belang yang berada di pasar itu sangat tertarik dengan kecantikan gadis itu.
"Mau kemana Cah Ayu?" tanya pemuda botak dengan senyum nakal bernama Paron preman pasar di kota yang mendekati gadis yang memiliki wangi seharum bunga itu.
"Jangan ganggu aku atau aku teriak," kata gadis itu kepada para preman pasar.
"Hehehe... Pasar ini adalah wilayahku, Walaupun kamu teriak tidak ada orang yang akan peduli dan menolongmu jadi kemarilah," ujar Paron sambil menarik tangan gadis itu.
Yudhis yang melihatnya mendadak panas dan mendekati keributan di pasar itu lalu dengan tinjunya dia memukul wajah Paron preman pasar di kota kecil itu.
"Kurang ajar! Kau mau bikin aku ompong dengan tinjumu itu anak muda!" marah Paron.
"Justru kamu yang kurang ajar menganggu gadis di pasar seperti ini," sahut Yudhis.
Dengan siulan dari bibirnya Paron memanggil teman-temannya dan mengeroyok Yudhis, mereka terlibat perkelahian yang singkat karena Paron dan teman-temannya bukan tandingan Yudhis yang sudah berpengalaman menghadapi puluhan penjahat selama ini.
Bhuakkk... Dhuess... Dhuakk...
Mereka dihajar sampai babak belur kekuatan tinju dan tendangan Yudhis benar-benar kuat lawan dibuat ketakutan dan meminta ampun.
"Ampuni kami," kata Paron sambil berlari ketakutan bersama teman-temannya.
"Ya pergilah sana," ucap Yudhis melihat mereka berlarian.
Yudhis menghampiri Gadis itu dan menanyakan keadaanya, dia melihat tangan gadis itu terluka dan merah karena ditarik paksa oleh Paron sebelumnya.
"Kamu tidak apa-apa?" tanya Yudhis kepada gadis itu.
"Aku tidak apa-apa tuan terima kasih sudah menolongku," kata Gadis itu.
"Lili kamu kah itu?" tanya Yudhis mencoba memastikan nama gadis itu.
Gadis itu terkejut dengan pemuda yang mengetahui namanya, namun dia tidak ingat siapa pemuda yang ada dihadapannya itu.
"Kamu siapa? Bagaimana kamu tau nama asliku?" kata gadis itu terkejut.
"Sudah sepuluh tahun syukurlah kamu baik-baik saja," kata Yudhis bernafas lega setelah gadis itu membenarkan namanya.
"Aku tanya kamu siapa?" kembali gadis itu bertanya kepada Yudhis.
"Ini aku Yudhis teman kecilmu di Desa Layansari dulu," jawab Yudhis kepadanya.
"Tidak mungkin temanku itu sudah mati, Benarkah kau Yudhis kenapa rambutmu merah? kenapa matamu seperti menyimpan api yang menyala? kenapa kamu menggunakan Artefak Pakaian Dewa Agni?" ujar Lili bertanya-tanya kepada Yudhis.
"Tenang-tenang Lili akan kujawab pertanyaanmu satu persatu sambil kita jalan kebetulan aku lapar bagaimana kalau kita makan dulu," tawar Yudhis.
Gadis itu pun mengangguk setuju dan mengikuti kemana Yudhis berjalan serta memastikan orang yang dikenalnya semasa kecilnya adalah Yudhis.
Seorang gadis bernama Lili yang awalnya tidak mengenali wajah Yudhis sebelumnya, namun yang lebih membuat Yudhis kagum dan penasaran gadis itu juga mengetahui pakaian Artefak yang dipakai oleh Yudhis, Ya pakaian baju tahan api dari Artefak Magis Dewa Agni, mereka menuju rumah makan dan makan siang di tempat itu sambil berbicara mengenai banyak hal.
"Yudhis kenapa kamu masih hidup aku jelas-jelas melihatmu mati di desa Layansari dulu?" tanya Lili setelah mereka makan siang.
"Aku diselamatkan oleh seseorang yang kuanggap Guru dan Paman guruku mereka berdua adalah pendekar di wilayah sini," jawab Yudhis kepada Lili.
"Pendekar?" ucap lili penasaran.
"Kedua guruku itu mengetahui yang membakar desa kita adalah para pemburu Artefak yang mengincar Artefak yang berada di setiap desa entah sudah berapa desa yang mereka bakar," jelas Yudhis.