Reval yang sedari tadi mengintip dari balik pintu kamarnya berlari menghampiri kedua orang tuanya.
Ia berusaha melepaskan tangan Ayahnya yang melingkar menahan pembuluh darah Ibunya.
“Lepaskan, Ibu tidak bersalah!" suara kecilnya dengan tangisan.
Eleird melepaskan cengkramannya, “Ingat ini baik-baik!” tegasnya.
Kemudian masuk ke kamar menutup pintu dengan keras.
“Ibuuuu ....” lirih Reval memeluk Ibunya.
Dendam di hati Livia telah membara, ia bersumpah akan membalas semua ini.
Ia memeluk anaknya dengan erat dan matanya mulai memerah, mengeluarkan air mata.
Keesokan paginya, Belle turun bersama Ayahnya dengan tas di pundaknya.
Bersiap pergi ke sekolah.
Ia berjalan di belakang Ayahnya menuju ruang tengah.
Livia menatap tajam pada Belle yang berada di balik Eleird, dan kemudian berpaling menyiapkan makanan untuk putranya.
Eleird masih belum lupa kejadian semalam, ia langsung menggandeng Belle untuk segera berangkat.
Namun, ia tak langsung menuju sekolah Belle, mereka menyempatkan sarapan pagi di Cafe D'Artio yang tak jauh dari rumah mereka.
Pemilik cafe mengenal Eleird dan mereka cukup akrab.
Suasana pagi cafe yang masih sepi pelanggan itu menjadi hangat.