Pemupuk Bahagia

Oleh: Mahabb Adib-Abdillah

Blurb

"PERCAYALAH. . . aku jarang memuji sebuah naskah, sedangkan setiap hari aku pusing mana dulu yang mesti kubaca di antara tumpukan naskah—yang menjebol mail box dan mendatangi rumahku. Percayalah . . . tidak setiap hari aku mau meng-endors sebuah naskah dengan sebenar-benar pujian . . . dan ini naskah yang kubilang akan mengisi rak banyak orang di Indonesia: PEMUPUK BAHAGIA.

Teruntuk seseorang yang ‘tak pernah kuduga aku akan takluk pada tulisannya. Ini sungguh jenaka, filosofis, dan membuatku iri. . . karena masa remaja telah terlewati. (Hahahah)." Kata Tasaro GK, penulis bestseller tetralogi novel MUHAMMAD untuk naskah novel ini. Novel filosofis dan kritik sosial tentang keberagaman dan konsisten.


Novel ini terdiri dari 33 bab, dan kutipan Bung Hatta yang ini, "Pahlawan yang SETIA itu berkorban, bukan buat dikenal namanya, tetapi semata-mata membela CITA-CITA." menjadi pembuka serangkaian petualangan dua sahabat berbeda agama, suku, latar belakang masa lalu, dan visi hidup dalam sebuah wadah perbaikan diri. Dan ditutup kutipan magis Ali bin Abi Thalib yang ini, "Selemah-lemahnya MANUSIA ialah orang yang takmau mencari sahabat, dan orang yang LEBIH LEMAH dari itu ialah orang yang menyia-nyiakan SAHABAT yang telah dicari."

Para pengulas novel ini banyak berpendapat bahwa novel ini 3 kata: cerdas, dari hati, dan visioner. Cerdasnya adalah alur cerita yang tidak biasa, maju mundur dan penuh teka-teki sehingga pembaca yang mengikutinya bisa menebak ini kelanjutan atau menyambungnya di mana, dan di akhir cerita bisa geleng-geleng sambil bilang "cerdas!". Selain itu, novel ini menampilkan banyak tokoh dan satu sama lainnya saling mendukung, meski perannya kecil, pastinya setiap pembaca punya banyak pilihan idola. Dan pastinya sebuah kejutan, perpindahan sudut pandang tokoh utama, yang tokoh aku diganti tokoh aku yang lain—yang sebenarnya bermain kecil di novel ini tetapi malah menjadi tokoh berpengaruh. Sebagaimana Snape di seri Harry Potter.

Dari hati. Betul kisah ini diangkat dari true event sekelompok angkatan kuliah di Jatinangor 12 - 17 tahun yang lalu. Dan naskah ini pun sudah 13 tahun. Ditulis awal Februari tahun 2008 dan selesai akhir Februari 2020. Seting tempat, nama kampus, organisasi, lingkungan masyarakat, tempat wisata, dan beberapa kejadian memang benar-benar nyata dan ada. Tapi karena karya ini sudah memutuskan masuk ke fiksi, novel, jelas karya ini sepenuhnya fiktif. Tidak sedang menceritakan biografi seorang tokoh atau kelompok. Seperti yang disampaikan novelis nasional Tasaro GK di awal, kisaha kasih yang mengalir dalam novel ini banyak membawa perasaaan: hubungan orang tua/kakak dengan anak/adik, sahabat yang berani jadi saudara, kemanusiaan dan kemirisin kondisi sosial di masyarakat dan di Indonesia, serta dilematis hubungan seorang laki-laki dengan perempuan, dan mereka yang konsisten mengejar impian.

Visionernya di mana? Novel ini bukan suatu kisah cinta, persahabatan, drama keluarga, dan petualangan biasa, tapi ada gerakan dan kampanye nasional bahwa seseorang yang berbakat dan bercita-cita di dunia ini harus memiliki lingkungan yang mendukungan proses pencapaiannya, tutor yang siap mengarahkan langkah-langkah mencapai kesuksesannya, dan bagaimana sebelum meninggalkan dunia ini harus bisa meninggalkan jejak: menaruh kebaikan nama kita di hati banyak/jutaan orang. Dan seperti yang dikata Bung Hatta di novel ini bahwasanya pahlawan itu seseorang yang memperjuangkan cita-citanya, serta kata Imam Ali bahwasanya selemah-lemahnya manusia adalah yang menyia-nyiakan sahabatnya. Novel motivasi dan inspiratif ini mengajak generasi muda Indonesia menjaga keluarganya, cita-cita, dan sahabatnya.

Diceritakanlah, Aldiba Fadhilah, anak yatim-piatu sejak balita yang asli kota Kuningan kedua orang tuanya dan diboyong ke Palembang oleh adik ibunya yang telah sukses sebagai pengusaha peternakan sapi di sana. Di kota itu, ia bersahabat dekat sekali dengan tiga tokoh berkarakter berbeda: Angling Musthafa yang dianggapnya guru rohaninya, Mandasari Fathana yang diakunya sebagai sahabat sastranya, dan mitra bermimpinya menjadi duo seniman (sutradara) nasional kebanggaan siapa pun, Robin Samanjid. Dengan Robin ia berikhtiar masuk kuliah di Sinematografi Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Sayang, hanya dirinya yang bisa mengikuti tes di Taman Ismail Marzuki itu, sambil menunggu pengumuman tes masuk perguruan tinggi negeri tahun 2003. Robin tidak mendapat izin dari orang tuanya untuk kuliah di luar Palembang. Begitu pun Fathana, perempuan salihah yang ingin ia jadikan couple seniman pun tidak boleh kuliah di Jogja oleh ayahnya. Kalian pun berpisah, ia meninggalkan para sahabat bermimpi dan berkaryanya, dan terdampar di Jatinangor sebagai mahasiswa Ilmu Kesejahteraan Sosial di UNPAD. Kabar kelulusan dari IKJ pun ia abaikan.

Peran ketiga sahabat luar biasanya pun tergantikan sekelompok angkatan kuliahnya yang dijuluki KS 375, yang kompak, pelbagai macam karakter, suku, agama, masa lalu, visi, otak, potensi, dan pastinya tidak sampai satu tahun ia bisa melupakan ketiganya. Bahkan lebih menyenangkan dan mengesankan. Nyata mendukung proses perjalanannya mewujudkan mimpinya bersama Robin" tripotents challenges. Tiga minat yang ingin dijadikan profesi hidupnya: film, musik, sastra. Sebut saja dirikan komunitas film dan banyak mengikuti pelbagai festival film indie, organisasi pecinta alam, dan program-program bersejarah untuk masyarakat FISIP UNPAD dan sekitar.

KS 375 pun berjasa mengobati kehilangannya dengan adik kelas SMU-nya, Katrena sang indo Belanda yang jadi kecengan abadinya, dengan kehadiran Fathima, salah seorang personil KS 375 yang digadang-gadang mereka bisa jadi couple baginya. Lagi, ia tipikal laki-laki pemendam perasaan jika mencintai seseorang, dan hingga di malam terakhirnya sebagai mahasiswa ia masih menyimpannya. Hingga harus kecewa dan menyesal, Fathima lebih dekat dengan sahabat dekatnya. Mitra kuliahnya, UAS, skripsi, wisuda, dan berpetualangnya, yang telah berikrar dengannya di awal kuliah: "Kuliah bareng, lulus bareng, wisuda bareng, bahagia bareng". Percintaan yang rumit.

Dia yang punya cita-cita selamanya bisa bersama-sama KS 375 yang telah berjasa membuatnya banyak pengalaman, wawasan, dan menobatkan sebagai anak laki-laki pertama yang lulus di angkatan kuliahnya, serta menciptakan suasana yang di mana pamannya, wali orang tuanya, yang merawat dan menyekolahkannya selama ini dan mencekal impiannya menjadi seniman sukses, bisa kemudian mendukung sepenuhnya—karena melihat banyak prestasi yang ditolehnya dalam dunia film, musik, dan sastra atau menulis, dan itu berkat dukungan KS 375 yang bak saudara.

Terlebih Daniel Peter Yosepha yang ia juluki the White Casanova, pria idaman yang tidak playboy dan multi-talenta, yang begitu intens menjadi sahabat yang rajin memotivasi dan mendukungnya tanpa pamrih. Dan setiap berpetulang menikmati liburan semesteran selama menggembel ke puncak-puncak gunung atau ke kota-kota bersejarah, selama bermomen bersamanya. Sampai momen spektakuler yang dapat mengubah cara pandang dan gaya hidup kedunya: pendakian ke Ciremai melalui jalur Linggarjati yang memberi mereka badai dan petualangan spiritual. Sejak saat itu dua sahabat melakukan pendakian yang sesungguhnya, berinteraksi di masyarakat dan mewujudkan ikrar bersama "Kuliah bareng, lulus bareng, wisuda bareng, bahagia bareng". Lulus tepat waktu mereka pun menginspirasi yang lain untuk berskripsi.

Aldiba jadi lulusan pertama, tidak hanya karena berikrar dengan Daniel, tapi juga karena sayangnya dengan kakak laki-laki semata-wayangnya, yang diam-diam selalu mendukung cita-citanya tanpa sepengetahuan paman mereka yang protektif itu. Karena sang kakak yang telah dipojok-pojokkan keluarga agar segera menikah, punya ikrar "Aku akan menikah jika adik bungsuku sudah lulus kuliah". Mau tidak mau ia harus meluluskan dirinya, dan jadi dilematis baginya: kalau segera lulus bagaimana dengan persahabatannya dengan KS 375, terlebih Fathima yang ingin jadi couple-nya, meski itu menyakitkannya, dan kalau lama itu membuat dirinya dimusuhi keluarga.

Akhir kisah, ia benar-benar tinggalkan KS 375 yang mengecewakannya, tapi sejatinya satu oknum di dalamnya saja. KS 375 hanya kenangan. Bukan masa depan.[]

Lihat selengkapnya