“SEPANJANG langkah manusia adalah kuburan baginya. Maka kita jangan takut dengan kematian. Karena kematian merupakan pintu kepada kehidupan abadi. Kebahagiaan sejati yang dicari, digali, dimohon, dikuli, ditakuti dan dikejar semua karakter manusia.’” Itulah pedoman seseorang berprofesi mulia, yang diutarakan Dr. Wislawa Makmun Husaini, M.Fhil., dosen dari jurusan Antropologi Sosial yang menjabat PD I (Pembantu Dekan I, bagian akademik), waktu kau, Puspita, juga Rasyid menemani aku, Wiku, Trio D, Albar, Tomi, dan Gunawan Rustama disuruh menghadap beliau di ruangannya—karena kasus menunggak SPP 3 bulan, dan meminta surat penangguhan dari beliau agar bisa mengikuti UAS kali itu.
Seperti anak sendirinya, kita dihidangkan rengginang dan kopi hitam oleh dosen yang jadi inspiratormu, juga aku, karena kesederhanaan dan kedekatan beliau dengan hampir semua golongan mahasiswa beserta keluhan mereka, yang ke kampus masih naik kendaraan umum dan baru mengendarai Avanza berplat merah sewaktu ada keputusan rektor semua pejabat kampus diberi inventaris mobil. Kau yang sering menang festival film pendek dan film-filmmu rajin diputar di stasiun TV lokal, STV, memberi ruang kau akrab dengannya dan kantornya jadi rumah bagimu, juga aku, sang ketua BEM Halim, dan KS 375 yang lumayan akrab dengannya. Menikmati teh botel dari kulkasnya sepulang kuliah atau bimbingan skripsi, mengeprin tugas kuliah di sana dibantu sekretarisnya yang takjauh sangat akrab dengan mahasiswa, dan merasakan pelbagai jenis oleh-oleh mahasiswa dari kampung masing-masing untuknya sambil ngobrol Persib dan kemanusiaan.
“Saya yakin PANTERA bisa besar kalau semangat persaudaraan kalian bisa dijaga seperti ini!” serunya, saat aku dan guru aktivisku, guru mendaki gunungku, dan guru romantisku, Halim, Wiku, dan Zaqi berkunjung ke kantornya selepas acara pelantikan PANTERA angkatan pertama, untuk mengucapkan terima kasih atas banyak doa dan dukungannya. Wiku pun memberikan kaos PANTERA untuk beliau yang juga menginspirasi Halim Musyaffa, untuk berikrar ini denganmu: “KS lebih terkenal, FISIP lebih berprestasi, UNPAD lebih diperhitungkan di mana pun.”
Kenyataannya, Halim yang percayakanmu sebagai menterinya berduet dengan pemilik kesayangan Agnes Monica dan David Beckham, Ienez, membina divisi minat dan bakat, media dan informasi, dan pengabdian masyarakat, juga ketua tim sukses pengangkatan dirinya menjadi ketua BEM FISIP UNPAD karena kreativitasmu dan kepopularan dirimu di kampus, bisa mewujudkan ikrarnya itu sedikit demi sedikit denganmu. Kalian berdua bekerja keras agar FISIP menjadi juara umum pada FORSI (Festival Olah Raga dan Seni) pertama, se-UNPAD, dan kau jadi ketua kontingennya serta salah seorang perintis pelaksanaan hajatan besar mahasiswa berbakat almamater kita. Aku dan timku pun menyumbangkan emas dari cabang basket dan futsal putri yang aku jadi pelatihnya. Daniel, Awan, dan Wiku, dengan Firman sebagai manajernya, menyumbangkan perak cabang wall climbing. Meski kau dan Halim gagal wisuda bersama. Justru kau wisuda bersama orang yang berikrar di DAMRI “… kuliah bareng, wisuda bareng, sukses bareng, dan bahagia bareng …”, tapi malah membuatmu tidak nyaman tinggal di kota impianmu. Bukan karena menyuruhmu agar keluar dari zona amanmu, tapi kedekatannya dengan Fathima yang membuatmu melarikan diri ke Palembang.
Di satu sisi, kau harus realistik, KS 375 hanya euforia, sebuah kenangan masa kuliah, dan pada waktunya akan berpisah satu per satu mengejar mimpi dan kehidupan masing-masing. Satu sisi lainnya, memori kepalamu pasti ingat selalu ini dalam konsep persahabatan, bahkan persaudaraan, dengan kisah epik dari film yang kau tonton di BIP bersama kakak sulungmu dan dua teman kosnya, di malam pertamamu menginjakkan kaki di Bandung, sebagai mahasiswa. Aku ingin seperti Street yang tetap bersahabat dengan Gamble, walau tidak setim lagi. Sadarkan ia, untuk menjadi seorang pahlawan negara itu tidak mesti sebagai tim S.W.A.T.. Apabila kita memiliki potensi lain kita bisa lebih berprestasi dari itu. Pada intinya yang sanggup membuat kita berprestasi ialah memiliki dan mendapat dukungan dari sahabat—persaudaraan lahir-batin. Sepertinya ikrar mereka tidak kuat. Aku percaya dirimu, kau pasti memilih sisi yang kedua, sesakit apa pun. Kita semua tahu, kedekatan Daniel dan Fathimamu, itu baru isu, desas-desus, gosip. Aku juga percaya Daniel, ia ‘tak mungkin sepengecut itu, berkhianat di belakang kita. Redaksi bahagia bareng, intinya, Brad, KS 375 sukses dengan visi masing-masing dan di mana pun kita persaudaraan itu ada, dan membuatmu patah hati setelah 4 tahun menanti calon istri pertamamu itu tiada akan terjadi.