Pena Antik. The Four Steps of Love

Setyawan Lam
Chapter #20

Step 20 - I Love You

Apa yang harus aku lakukan?!

Aku sudah tidak dapat membuat alasan tentang energiku yang perlahan memudar. Aku harus menyelamatkan Hana. Walaupun perlahan badanku semakin menyamar dari pandangan diriku sendiri.

Aku berjalan mendekati mereka. Aku adalah arwah. Aku dapat menggerakkan benda-benda kecil. Seperti dulu, aku dapat menjatuhkan ponsel Mono dari genggaman tangannya. Aku dapat merasuki badan manusia. Aku adalah arwah. Aku terus meyakinkan diriku sendiri.

Tanganku mendekati pria itu. Aku mencoba menggenggam pergelangan tangannya yang kurus dan urat nadi yang terlihat jelas. Namun tanganku melewati tangannya begitu saja. Aku tidak dapat menghentikan tangannya yang bermain-main dengan korek api. Jika untuk menyentuh saja aku tidak bisa, maka aku harus melupakan ide untuk merasuki pria ini. Kekuatanku sudah terlalu lemah.

Lalu aku mencoba mengambil korek api dari tangannya. Dan sekali lagi, tanganku melewati benda itu seperti udara. Aku sama sekali tidak dapat menyentuh apa-apa.

Hana pun tersadar. Mereka kemudian berbicara. Hana terlihat terkejut sekali dengan siapa yang ada di hadapannya. Dia sangat ketakutan. Dan marah. Matanya memandang pria itu dengan penuh kemarahan. Namun perlahan mata Hana melemah. Setelah melihat pria itu menangis dan meminta maaf.

Aku terus mencoba berbicara dengan Hana. “Jangan percaya!” Kataku. Namun Hana tidak mendengar. “Dia berbohong!” Aku kembali mencoba. Namun Hana tidak dapat mendengarku, sama sekali.

Lalu pria itu mengguyur Hana dan dirinya sendiri dengan bensin.

Aku sangat terkejut melihat apa yang dilakukan pria yang dipanggil Fredi oleh Hana. Dia gila. Sakit jiwa. Pasti ada yang salah dengan orang ini.

Kemudian dia berbicara dengan suara yang sangat keras. Berteriak. Mengucapkan sesuatu yang tidak dapat aku mengerti. Dunia yang sakit? Membebaskan dari rasa sakit dunia? Pria gila bernama Fredi ini, dia tidak tahu berapa lama aku harus menunggu hari dimana Mono menemukanku kembali. Dia tidak tahu betapa aku tersiksa tidak dapat hidup di dunia yang indah ini. Memang benar, kadang hidup ini penuh dengan kesulitan dan rintangan. Namun, itu adalah alasan kebahagian itu sangat berarti.

Hidup adalah kebahagiaan. Bukan penderitaan.

***

Sayangnya, pria ini sama sekali tidak mengerti. Setelah dia berteriak di depan wajah Hana. Dia kemudian tersenyum, seolah dia melakukan sesuatu yang benar. Kemudian dia menyalakan pemantik api itu dan melepaskannya.

Sesaat, aku mengira semua ini akan berakhir dengan kesedihan. Namun aku salah. Sebuah tangan besar menangkap pemantik api yang jatuh itu sebelum sempat menyentuh tubuh Hana yang berlumur bensin. Leher Fredi dikunci dari belakang dengan tehnik bela diri orang barat. Mereka datang. Mono dan Irwan datang.

Dengan sekali hempasan, Irwan melempar tubuh Fredi dengan penuh kekuatan. Mono bergegas melepaskan simpul ikatan yang mengikat sekujur tubuh Hana. Mono terus melihat mata Hana. Dia terus berkata, “Baik-baik saja, sekarang kamu akan baik-baik saja.”

Lihat selengkapnya