Penaklukan Konstantinopel oleh Mehmed II

Ariel Athahudan Pratama
Chapter #1

Pendahuluan

PENDAHULUAN: SANG PENAKLUK: FAJAR BARU DI ATAS BYZANTIUM

Angin dingin bulan Maret tahun 1453 berhembus melintasi Dataran Edirne, membawa aroma mesiu dan ambisi yang membara. Di jantung Kesultanan Utsmaniyah yang tengah merangkak bangkit, seorang Sultan muda bernama Mehmed II tak bisa tidur. Matanya yang tajam menatap kosong ke langit-langit tenda kekaisaran, namun pikirannya melayang ke barat, ke siluet kubah-kubah dan menara-menara kota yang menjadi obsesinya sejak kanak-kanak: Konstantinopel1.

Kota itu, yang oleh para pendahulunya disebut "Roma Baru", adalah benteng terakhir Kekaisaran Romawi Timur, sebuah permata kuno yang telah memudar. Selama seribu tahun, tembok-temboknya yang legendaris telah menahan gelombang demi gelombang penyerbu, menjadi simbol ketahanan dan iman Kristen Ortodoks. Namun kini, kota yang pernah menjadi pusat peradaban dan perdagangan dunia itu, hanya tinggal bayangan dari masa jayanya, dikepung oleh wilayah Utsmaniyah yang terus meluas, bagaikan sebuah pulau Kristen di lautan Islam.

Mehmed, yang baru berusia dua puluh satu tahun, adalah seorang jenius militer yang tak kenal takut, seorang sarjana yang fasih berbahasa Yunani, Latin, Arab, dan Persia, serta seorang visioner yang bertekad untuk melampaui semua pendahulunya. Baginya, Konstantinopel bukan hanya sekadar kota, melainkan kunci menuju dominasi global, mahkota yang akan mengukuhkan posisinya sebagai penguasa yang sah atas dunia. Ramalan-ramalan kuno tentang seorang penakluk Muslim yang akan mengambil kota tersebut berbisik di benaknya, menguatkan keyakinannya bahwa ia adalah pilihan takdir.

Maka, di bawah panji-panji bulan sabit dan bintang, dengan kekuatan dan kebrutalan yang belum pernah terlihat sebelumnya, Mehmed bersiap untuk menorehkan namanya dalam lembaran sejarah, dan Konstantinopel akan menjadi saksi bisu bagi ambisi Sang Penakluk. Pertarungan epik antara dua dunia, dua agama, dan dua peradaban akan segera dimulai.

Lihat selengkapnya